Senin 04 Sep 2023 17:58 WIB

Benarkah Mental Gen Z Lebih Rapuh DIbandingkan Generasi Sebelumnya?

Gen Z adalah mereka yang lahir antara tahun 1997-2012.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Generasi Z (ilustrasi). Berdasarkan penelitian, mental generasi Z lebih rapuh dibandingkan generasi sebelumnya.
Foto: www.freepik.com
Generasi Z (ilustrasi). Berdasarkan penelitian, mental generasi Z lebih rapuh dibandingkan generasi sebelumnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada anggapan yang cukup meluas bahwa generasi zaman now "kurang tangguh" dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Benarkah demikian? Apakah kondisi mental generasi di era sekarang memang berbeda dengan para pendahulunya?

Ketangguhan mungkin bisa didefinisikan berdasarkan sejumlah faktor. Akan tetapi, terkait kondisi mental, memang terbukti lewat studi bahwa generasi Z alias gen Z secara keseluruhan punya kondisi mental lebih buruk dibandingkan generasi sebelumnya.

Baca Juga

Hal itu terbukti dalam survei yang dilakukan oleh McKinsey Health Institute yang berbasis di Amerika Serikat. Hasilnya menunjukkan, lebih banyak responden Gen Z yang melaporkan kesehatan mental, sosial, dan spiritual yang lebih buruk dibandingkan generasi lain.

Gen Z adalah mereka yang lahir antara 1997-2012. Sementara, generasi sebelum gen Z antara lain milenial (1981-1996), gen X (1965-1980), dan baby boomers (1946-1964). Hasil survei itu diulas dalam kegiatan "Prodia Meet The Press" beberapa waktu lalu.

"Survei yang dilakukan tahun 2022 ini menyatakan bahwa gen Z paling banyak mengalami gangguan kesehatan mental dibanding generasi lainnya," ujar Head of Business and Marketing Clinics Prodia, Nelly Sari, yang mengutip studi itu.

Survei menyoroti perbandingan tiap generasi dari segi kesehatan mental, fisik, sosial, dan spiritual. Sebanyak 18 persen gen Z melaporkan kondisi mentalnya buruk atau sangat buruk. Sebagai perbandingan, persentase generasi lain yakni milenial 13 persen, gen X 11 persen, dan baby boomers enam persen.

Survei McKinsey juga menyoroti penggunaan program kesehatan mental secara digital masih belum banyak dimanfaatkan di banyak negara, termasuk di Indonesia. Selama 12 bulan periode survei, pemakaian program digital serupa di Indonesia hanya sekitar 25 persen.

Nelly menunjukkan pula kondisi kesehatan jiwa di Indonesia berdasarkan survei Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) tahun 2010. Dari data 4.010 pengguna swaperiksa PDSKJI, sebanyak 64,8 persen mengalami masalah psikologis.

Dari besaran jumlah orang yang mengalami masalah psikologis, sebanyak 71 persen perempuan dan 29 persen laki-laki. Adapun gangguan kesehatan mental yang terbanyak yakni gangguan kecemasan (65 persen), depresi (62 persen), dan trauma (75 persen). Angka kejadian tertinggi terpantau pada usia 17-29 tahun serta di rentang usia lebih dari 60 tahun.

"Semua orang di semua rentang usia dan profesi sebenarnya punya risiko mengalami gangguan kesehatan mental. Tetapi, masalah psikologis paling banyak ditemukan pada rentang usia 17-29 tahun, umur saat galau-galaunya, belum tahu mau ke mana dan harus berbuat apa," ungkap Nelly.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement