REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anemia atau kurang darah pada anak sering kali tak memunculkan gejala berarti. Padahal anemia pada anak tak hanya memberikan dampak negatif terhadap fisik tetapi juga kondisi psikologis anak.
Bahkan secara tidak langsung, kondisi anemia yang tak ditangani bisa membuat anak lebih rentan menjadi korban perundungan di kemudian hari. Menurut psikolog klinis anak dan keluarga, Anna Surti Ariani, anemia bisa membuat anak menjadi lebih sulit untuk berkonsentrasi dan susah untuk menangkap atau mengingat informasi. Dalam jangka pendek, anemia pun bisa membuat emosi anak menjadi cenderung lebih negatif.
"Lebih mudah sedih atau marah dan rentan stres," jelas psikolog yang akrab disapa dengan Nina tersebut, dalam diskusi "Bersama Cegah Anemia, Optimalkan Kognitif Generasi Maju" bersama Danone Indonesia dan Sarihusada, di Jakarta.
Bila tak segera ditangani, dalam jangka panjang anemia juga bisa menghambat proses tumbuh kembang anak. Seiring waktu, performa anak di sekolah bisa semakin menurun.
Karena sulit berkonsentrasi dan memahami informasi, anak yang anemia juga dapat mengalami kesulitan dalam bergaul. Dia mungkin tidak mampu mengikuti obrolan teman-teman sebayanya. Kondisi ini dapat membuat anak dijauhi oleh teman-teman sebayanya.
"Karena ga nangkep, diajak ngobrol ga nyambung, temen-temen jadi males ngomong sama dia, dia jadi sulit bergaul," ujar Nina.
Padahal, anak-anak mulai membutuhkan teman ketika memasuki usia 4-5 tahun. Bila tidak memiliki teman, anak bisa merasa tidak nyaman dan dihantui oleh beragam emosi negatif, seperti merasa jelek, tidak pintar, atau rendah diri.
Ketika anak terus-terusan merasa dirinya gagal atau jelek akan muncul bibit-bibit masalah kejiwaan seperti kecemasan atau depresi. Misalnya, anak menjadi murung secara terus-menerus karena tak memiliki teman mengobrol di sekolah. Kesulitan berteman hingga munculnya emosi negatif akibat anemia inilah yang bisa membuat anak berisiko mengalami perundungan di kemudian hari.
"Di situ dia kena potensi untuk mengalami bullying (perundungan)," jelas Nina.
Nina mengatakan, tidak semua anak yang anemia pasti akan menjadi korban perundungan. Namun mengingat ada beragam dampak merugikan dari anemia, orang tua perlu melakukan beragam upaya pencegahan agar anak mereka tidak terkena anemia.
"Semua (dampak buruk) ini tidak harus terjadi, sangat bisa dicegah," ujar Nina.
Mengingat anemia pada anak sering tak menunjukkan gejala yang signifikan, orang tua disarankan untuk membawa anak mereka melakukan tes skrining anemia. Tes skrining anemia sudah bisa dimulai sejak anak berusia dua tahun.
"Pastikan juga asupan makanan anak baik, stimulasinya baik, dan hubungan kita hangat dengan anak, sehingga bullying dan masalah kejiwaan tidak sampai terjadi," ujar Nina.