Kamis 31 Aug 2023 19:56 WIB

Yang Harus Dilakukan Orang Tua Jika Curiga Anak Mengalami Pelecehan di Sekolah

Ada beberapa tanda yang mengindikasikan anak mengalami pelecehan di sekolah.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Pelecehan di sekolah (ilustrasi). Ada beberapa tindakan yang perlu dilakukan orang tua saat mencurigai anak mengalami pelecehan.
Foto: Republika/Mardiah
Pelecehan di sekolah (ilustrasi). Ada beberapa tindakan yang perlu dilakukan orang tua saat mencurigai anak mengalami pelecehan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ancaman pelecehan terhadap anak bisa datang dari mana saja, tak terkecuali dari lingkungan sekolah. Psikolog klinis Annabelle Chow menyatakan, bentuk pelecehan anak di sekolah bisa berupa pelecehan emosional atau psikologis, yang melukai rasa harga diri seorang anak.

"Hal ini dapat berupa ancaman, teriakan, kritik, menyalahkan, dan tindakan yang mempermalukan. Bisa dibilang, hampir sama dengan bullying secara verbal terhadap anak," kata Chow.

Baca Juga

Karena itulah, penting bagi orang tua untuk mengenali tanda-tanda pelecehan anak. Psikoterapis di Fei Yue’s Child Protection Specialist Center, Gladys Hu, mengatakan munculnya memar di area punggung, paha bagian dalam, dan ketiak, bisa dicurigai sebagai pertanda pelecehan. Karena memar tersebut terjadi di tempat-tempat yang tidak biasa.

“Di sisi lain, menunjukkan perubahan sikap dan perilaku pada anak juga sama pentingnya untuk diperhatikan,” kata Hu seperti dilansir CNA Lifestyle, Kamis (31/8/2023).

Menurut Hu, tanda-tanda perilaku yang bisa dicurigai antara lain anak menghindar atau menolak sekolah; mudah tersentak dan menghindari sentuhan; takut pada anggota staf tertentu di sekolah; Lalu mengalami perubahan suasana hati seperti menjadi sangat pendiam, agresif, atau sangat waspada.

Anak juga bisa mengalami perubahan emosi seperti menjadi mudah marah, menangis, dan meledak-ledak. Lebih jauh, anak yang mengalami pelecehan berisiko alami gangguan tidur, mengalami mimpi buruk yang terus-menerus, kehilangan nafsu makan, serta sering mengompol pada anak yang sudah terlatih menggunakan toilet.

Hu mengatakan, cara anak bermain juga dapat menjadi pertanda yang perlu diketahui orang tua. Misalnya anak berulang kali memerankan skenario tertentu selama waktu bermain, seperti menggunakan boneka untuk memerankan perilaku yang mengganggu, dapat menjadi pertanda. Demikian pula, gambar-gambar yang mengandung tema-tema yang memprihatinkan bisa jadi merupakan sinyal dari pengalaman traumatis.

Dia mengatakan, sering kali, anak-anak tidak memiliki kemampuan kognitif untuk sepenuhnya memahami apa yang telah terjadi. Bahkan jika mereka mengerti, mereka mungkin tidak memiliki kosakata atau kemampuan bahasa untuk menyampaikannya dengan jelas. "Respons emosional dan tubuh mereka, serta permainan dan karya ekspresif mereka, dapat menjadi jendela ke dunia batin mereka,” ujar Hu.

Hu juga mengingatkan orang tua membangun bonding dengan anak-anak mereka meskipun sudah beranjak remaja. Apalagi jika anak menunjukkan perubahan perilaku, orang tua harus mengambil tindakan untuk mencari tahu apa yang Tengah dirasakan buah hati.

Hu memberikan beberapa tips yang bisa diterapkan untuk menjalin komunikasi dengan anak yang dicurigai mengalami pelecehan:

1. Ajak anak berbicara di ruang privasi seperti kamar tidur. Duduklah sejajar dengan anak, dan jaga  kedekatan fisik.

2. Curahkan perhatian penuh pada anak saat mereka bercerita, jangan sambil melakukan hal lain.

3. Ajukan pertanyaan-pertanyaan untuk membuat anak terbuka, namun jangan juga terlalu memaksa atau langsung menasehati.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement