Senin 28 Aug 2023 17:09 WIB

Lokasi Syuting Harry Potter Diserbu Wisatawan, Warga Lokal Malah Terganggu karena Hal Ini

Tak sedikit penggemar Harry Potter menyambangi lokasi syuting.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Salah satu adegan di film Harry Potter (ilustrasi). Tak sedikit penggemar sengaja menyambangi sejumlah lokasi syuting Harry Potter untuk berlibur. Namun, warga lokal ternyata merasa terganggu.
Foto: Warner Bros
Salah satu adegan di film Harry Potter (ilustrasi). Tak sedikit penggemar sengaja menyambangi sejumlah lokasi syuting Harry Potter untuk berlibur. Namun, warga lokal ternyata merasa terganggu.

REPUBLIKA.O.ID, JAKARTA -- Angsuran film Harry Potter sudah berakhir belasan tahun silam, tapi masih banyak penggemar yang hingga kini menggandrunginya. Bahkan, tidak sedikit penggemar sengaja menyambangi sejumlah lokasi yang memang menjadi lokasi syuting filmnya dahulu.

Salah satu lokasi populer yang terus saja dibombardir para turis adalah Malham, sebuah desa dan paroki sipil di distrik Craven di North Yorkshire, Inggris. Alih-alih senang, warga desa tersebut justru terganggu dengan kehadiran para turis yang disebut kasar dan mengganggu.

Baca Juga

Dikutip dari laman Screen Rant, Senin (28/8/2023), Desa Malham ditampilkan dalam film Harry Potter and The Deathly Hallows: Part 1 yang tayang pada 2010. Serial film Harry Potter diangkat dari novel JK Rowling, dimulai pada 2001 dan memiliki total delapan judul. 

Setelah judul terakhir dirilis pada 2011, serial film menghasilkan total pendapatan 7,7 miliar dolar AS (sekarang setara Rp 117,78 triliun). Warner Bros pun telah menghadirkan prekuel Fantastic Beasts & Where to Find Them yang menghasilkan 1,865 miliar dolar AS (Rp 28,52 triliun) dengan tiga filmnya yang sudah tayang.

Dengan popularitas itu, banyak wisatawan ingin merasakan langsung lokasi ikonik tempat produksi film Harry Potter. Sayangnya, itu dinilai menyusahkan oleh penduduk setempat, yang mengeluhkan soal sampah, masalah parkir, dan sikap buruk wisatawan.

Salah satu warga Malham, Brian Jackson, kesal karena banyak wisatawan memarkir kendaraannya sembarangan. Ketika ditegur dan diminta pindah karena menghalangi, para turis malah marah dan menolak. Masalah lain adalah kantong penuh kotoran yang ditinggalkan begitu saja. "Mereka juga mengumpat pada saya sepanjang waktu," kata Jackson.

Penduduk Malham bernama Peter Layton juga mengaku frustrasi karena turis terus menyampah dan tidak membersihkannya  saat pulang. "Tempat ini tidak akan lagi menjadi tempat yang indah secara alami, melainkan akan menjadi tempat pembuangan sampah," ujarnya.

Penghuni Malham lainnya, Annabelle Bradley, menyebut kru dan para pemeran film Harry Potter tidak pernah benar-benar datang ke desa tersebut. Jika diperhatikan, hanya ada satu adegan yang menampilkan Malham, dan Bradley heran mengapa surat kabar terus-menerus memberitakan bahwa Malham adalah lokasi syuting Harry Potter.

"Itu hanya satu adegan dan semuanya hanyalah sebuah helikopter yang terbang di atas teluk dan merekam lokasi batu kapur. Kemudian di studio mereka membuat tiruan lokasi batu kapur itu. Jadi, bukan di sini, mereka tidak syuting di sini," ujar Bradley.

Dengan kabar serial televisi Harry Potter yang segera hadir, warga Malham khawatir masalah yang ada akan terus meningkat. Mereka mengklaim sudah meminta bantuan Dewan Paroki Malham untuk mencari cara menangani problem akibat kedatangan para turis.

Sebenarnya, Malham bukan lokasi yang cukup relevan dalam sejarah kisah tokoh Harry Potter. Namun, Malham menonjol dan diminati karena lokasi tersebut benar-benar indah. Ada kombinasi teluk dengan pemandangan konik, jalur pendakian yang cantik, dan air terjun.

Kalaupun Malham sama sekali tidak muncul di film Harry Potter, desa itu akan tetap menjadi tujuan liburan yang bagus. Akan tetapi, infrastruktur Malham memang tidak disiapkan untuk menghadapi pertumbuhan wisatawan, selain warganya yang memang tak mengharapkan itu.

Seusai serial televisi Harry Potter mendatang diluncurkan dan meningkatkan lagi popularitas waralaba seperti dahulu, dapat membuat Malham kian kebanjiran pengunjung. Itu bisa dianggap malapetaka oleh warga Malham, kecuali jika pemegang kepentingan setempat sudah menyusun aturan wisata yang sesuai.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement