Kamis 24 Aug 2023 18:13 WIB

Polusi Udara Tingkatkan Risko Prevalensi Influenza dan Penyakit Non Infeksi

Polusi udara juga berhubungan dengan penyakit non infeksi seperti penyakit jantung.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Seorang wanita mengalami infeksi influenza (ilustrasi). Polusi udara meningkatkan prevalensi influenza dan penyakit non infeksi seperti penyakit jantung, ginjal, dan diabetes.
Foto: Republika/Mardiah
Seorang wanita mengalami infeksi influenza (ilustrasi). Polusi udara meningkatkan prevalensi influenza dan penyakit non infeksi seperti penyakit jantung, ginjal, dan diabetes.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini polusi udara sedang melanda Jakarta. Berbagai penyakit kian muncul karena adanya polusi udara, salah satunya influenza. Apa sebenarnya kaitan polusi udara dengan influenza?

Wakil Ketua Indonesia Influenza Foundation dan Pakar Imunisasi dari PAPDI, Prof Dr dr Samsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI, FINASIM menjelaskan polusi udara meningkatkan prevalensi dari influenza. Itu dibuktikan dengan banyaknya laporan studi. Influenza adalah infeksi saluran pernapasan dan terjadi sepanjang tahun di Indonesia.

Baca Juga

Setiap tahunnya, berbagai galur atau strain virus influenza bersirkulasi secara bersamaan. Influenza juga mudah menular sebab bisa menyebar melalui droplet dan aerosol, terlebih di tempat ramai.

"Sebenarnya bukan hanya influenza, tetapi juga penyakit infeksi saluran napas lain," ujarnya dalam konferensi pers Konsensus Panduan Vaksinasi Influenza pada Pasien Diabetes, Kamis (24/8/2023).

Selain itu, polusi udara juga berhubungan dengan penyakit non infeksi seperti penyakit jantung, ginjal, diabetes, dan paru-paru juga meningkat. Mengapa bisa terjadi? Prof Samsul mengungkapkan karena ada polutan yang sangat kecil masuk ke saluran napas kita dan masuk ke sirkulasi sehingga menimbulkan inflamasi atau peradangan.

"Inflamasi kronik itu merupakan semacam bahan bakar untuk terjadinya proses yang tidak seimbang sehingga dia akan memperberat bahkan dia bisa menimbulkan pembekuan darah yang lebih sering," ujarnya.

Polusi udara juga menimbulkan resistensi antibiotik yang lebih tinggi. "Polusi udara ini betul-betul menjadi kepedulian kita semua. Kita berusaha untuk menguranginya sehingga tidak berada dalam zona merah dimana berbahaya untuk kesehatan," ujarnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement