Rabu 23 Aug 2023 18:23 WIB

Polusi Udara Akibat Kebakaran Hutan Dapat Tingkatkan Risiko Demensia

Partikel mikroskopis dari asap kebakaran hutan dapat masuk ke organ tubuh.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Asap kebakaran hutan Kanada  menyelimuti langit Bandara LaGuardia di New York, AS, Kamis (8/6/2023). Polusi udara akibat kebakaran hutan bisa tingkatkan risiko demensia.
Foto: AP/ David R.Martin
Asap kebakaran hutan Kanada menyelimuti langit Bandara LaGuardia di New York, AS, Kamis (8/6/2023). Polusi udara akibat kebakaran hutan bisa tingkatkan risiko demensia.

REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian baru telah menemukan kaitan yang mengkhawatirkan antara paparan polusi udara seperti PM2.5 dengan penyakit otak, khususnya demensia. Studi yang diterbitkan di JAMA Internal Medicine itu secara spesifik meneliti paparan partikel halus yang bersumber dari asap kebakaran hutan di wilayah Amerika Serikat.

"Api dari kebakaran hutan membakar semua yang dilaluinya, memancarkan campuran partikel halus yang mungkin lebih bersifat neurotoksik daripada partikel yang berasal dari tempat lain," kata penulis utama penelitian tersebut, Boya Zhang, seperti dilansir Geo News, Rabu (23/8/2023).

Baca Juga

Para ilmuwan telah mengkhawatirkan partikel mikroskopis seperti PM2.5 yang dapat melewati daya tahan tubuh dan masuk ke dalam organ-organ tubuh. Polusi semacam itu dapat menyebabkan penyakit neurologis, namun masih perlu diteliti lebih lanjut apakah PM2.5 dapat menyebabkan kondisi ini.

Ahli epidemiologi lingkungan di University of Michigan sekaligus penulis study, Sara Adar, mengatakan bahwa kebakaran hutan menjadi lebih sering terjadi dan lebih parah. Di bagian barat AS, setengah dari paparan polusi partikulat halus disebabkan oleh asap kebakaran hutan.

Menurut perkiraan para peneliti, hampir 188 ribu kasus demensia baru setiap tahun terkait dengan total paparan PM2.5 di AS. Setelah menyesuaikan faktor risiko lain ke dalam penelitian mereka, tim menemukan bahwa hanya asap kebakaran hutan dan emisi pertanian yang terkait dengan penyakit ini.

Terungkap juga bahwa PM2.5 yang dipancarkan dari aktivitas pertanian sangat terkonsentrasi di Midwest (Amerika Serikat Barat Tengah).

"Komponen beracun dari pestisida yang digunakan dalam pertanian dapat berikatan dengan partikulat halus di daerah tersebut, seperti tanah yang tertiup angin, dan dapat membahayakan otak manusia jika terhirup," jelas Zhang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement