Rabu 16 Aug 2023 11:50 WIB

Polusi Udara Disinyalir Jadi Penyebab Ribuan Kasus Demensia Tiap Tahun

Kualitas udara yang buruk ada kaitannya dengan risiko demensia.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Langit Jakarta berselimut kabut polusi terlihat dari Gedung Perpustaakan Nasional, Jakarta, Senin (14/8/2023). Polusi udara dapat picu demensia.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Langit Jakarta berselimut kabut polusi terlihat dari Gedung Perpustaakan Nasional, Jakarta, Senin (14/8/2023). Polusi udara dapat picu demensia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Efek dari polusi udara tak bisa dianggap sepele. Menurut penelitian terbaru, kualitas udara yang buruk dari kebakaran hutan dan polusi dari limbah pertanian dikaitkan dengan risiko seseorang terkena penyakit Alzheimer dan jenis demensia lainnya di kemudian hari.

Berdasarkan temuan yang diterbitkan di jurnal JAMA Network Open tersebut, sebanyak 188 ribu kasus demensia di Amerika Serikat setiap tahun disinyalir disebabkan oleh polusi udara. Studi juga menggarisbawahi berbagai risiko kesehatan lain yang disebabkan polusi udara.

Baca Juga

Penelitian sebelumnya telah mengaitkan kualitas udara yang buruk secara keseluruhan dengan sejumlah masalah kesehatan, termasuk risiko pengembangan demensia. Sementara itu, studi baru menawarkan pandangan yang lebih spesifik, bahwa efek polusi udara lebih kuat terhadap kondisi demensia daripada yang lain.

Dikutip dari laman CBS News, Rabu (16/8/2023), temuan baru itu didasarkan pada analisis data yang dikumpulkan dari survei selama puluhan tahun, didukung oleh National Institutes of Health. Tinjauan menindaklanjuti kondisi kesehatan ribuan orang dewasa yang lebih tua di seluruh AS.

Para peneliti kemudian menggabungkan data tersebut dengan pemodelan kualitas udara terperinci, memperkirakan apa yang mungkin telah terpapar pada orang yang berbeda di area spesifik tempat mereka tinggal.

Mereka berfokus pada apa yang oleh para ilmuwan disebut polusi udara PM 2.5, tolok ukur untuk partikel yang sangat kecil (ukurannya kurang dari 2,5 mikrometer). Jenis partikel ini dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk knalpot kendaraan dan asap pembakaran.

Paparannya dikaitkan dengan beragam efek kesehatan, mulai dari batuk, sesak napas, asma, juga peningkatan risiko kematian akibat penyakit jantung.

"Komunitas lingkungan telah bekerja sangat keras selama 10 hingga 15 tahun terakhir untuk dapat memprediksi paparan ini," kata ketua asosiasi epidemiologi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Michigan, Sara Adar.

Dia menjelaskan bahwa tinjauan demikian butuh waktu lama, mengingat demensia tidak berkembang dalam waktu singkat. Eksposur polusi udara bisa saja baru terlihat dampaknya setelah bertahun-tahun kemudian, apalagi jika terpapar udara dengan kualitas buruk secara terus-menerus.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement