Jumat 28 Nov 2025 20:43 WIB

Polusi Berisiko Perburuk Kondisi Anak dengan Gangguan Jantung

Partikel PM2.5 dapat masuk ke aliran darah dan memicu peradangan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Warga memakaikan masker kepada seorang anak (ilustrasi). Polusi udara yang buruk disebut tak hanya merusak paru-paru, tetapi juga berdampak serius pada anak-anak dengan penyakit jantung bawaan.
Foto: ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Warga memakaikan masker kepada seorang anak (ilustrasi). Polusi udara yang buruk disebut tak hanya merusak paru-paru, tetapi juga berdampak serius pada anak-anak dengan penyakit jantung bawaan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polusi udara yang buruk disebut tak hanya merusak paru-paru, tetapi juga berdampak serius pada anak-anak dengan penyakit jantung bawaan. Dokter spesialis jantung, dr Vikas Kohli, menjelaskan bahwa anak dengan kelainan jantung lebih rentan terhadap tekanan tambahan akibat polusi.

"Jantung mereka sudah bekerja lebih keras. Ketika kualitas udara memburuk, beban itu meningkat," kata dia seperti dilansir laman Hindustan Times, Jumat (28/11/2025).

Baca Juga

Dr Kohli menjelaskan, partikel PM2.5 dapat masuk ke aliran darah dan memicu peradangan. Darah menjadi lebih kental dan pembuluh darah teriritasi, sehingga suplai oksigen ke tubuh berkurang. Stres akibat paparan polutan juga dapat menumpuk secara perlahan dan memperburuk kondisi dalam jangka panjang.

"Anak-anak sehat mungkin bisa beradaptasi terhadap stres lingkungan ini, tetapi tidak demikian dengan anak yang memiliki masalah jantung," ujar dia.

Untuk melindungi anak dengan gangguan jantung dari dampak polusi, dr Kohli memberikan beberapa tips sebagai berikut:

1. Pantau kualitas udara secara rutin

Orang tua disarankan memeriksa Air Quality Index (AQI) melalui aplikasi atau situs terpercaya. Bila AQI berada pada kategori buruk, anak dengan penyakit jantung sebaiknya tetap berada di dalam rumah. Polusi biasanya lebih tinggi pada pagi dan sore hari, sehingga penting menyesuaikan jadwal aktivitas untuk meminimalkan paparan.

2. Jadikan rumah sebagai ruang aman

Banyak orang tua mengira rumah bebas polusi, padahal aktivitas seperti memasak, membakar dupa, hingga debu rumah tangga bisa mencemari udara. Untuk itu, pastikan rumah memiliki ventilasi yang baik. Dokter Kohli juga menganjurkan penggunaan air purifier dengan filter HEPA, terutama pada ruang tidur anak.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement