Rabu 16 Aug 2023 11:28 WIB

Teten Ingin Produk Perikanan Berbasis UMKM Lakukan Hilirisasi

Lebih baik pula bila hilirisasi dilakukan pada komoditas unggulan daerah.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Peluncuran susu ikan oleh Menteri Koperasi, Teten Masduki dan Bupati Indramayu, Nina Agustina, di Pabrik HPI Plant Kecamatan Kandanghaur, Selasa (15/8/2023). Kabupaten Indramayu menjadi daerah pertama di Indonesia yang memproduksi susu ikan.
Foto: Dok Diskominfo Kabupaten Indrama
Peluncuran susu ikan oleh Menteri Koperasi, Teten Masduki dan Bupati Indramayu, Nina Agustina, di Pabrik HPI Plant Kecamatan Kandanghaur, Selasa (15/8/2023). Kabupaten Indramayu menjadi daerah pertama di Indonesia yang memproduksi susu ikan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki meluncurkan produksi susu ikan pertama di Indonesia hasil kemitraan antara Koperasi Nelayan Mina Bahari (Indramayu) dengan PT Berikan Teknologi Indonesia. Teten mengatakan, produk pertama di Indonesia itu menjadi bagian dari hilirisasi produk berbasis komoditas unggulan daerah.

"Ini 100 persen produk asli Indonesia, karena mampu menguasai sektor hulu hingga hilir. Bahan baku ikan tersedia di pasar lokal, inovasi teknologi buatan sendiri, hingga riset dan penelitian sudah dilakukan sendiri," kata Teten melalui siaran pers, Selasa (15/8/2023). 

Baca Juga

Teten sekaligus mendorong Kabupaten Indramayu menjadi miniatur hilirisasi produk perikanan berbasis bahan baku lokal.

Selain ikan dan susu ikan, Teten menuturkan, Indramayu juga dikenal seantero dunia sebagai penghasil rumput laut berkualitas terbaik. Banyak pula inovasi kelas dunia lahir di Indramayu, khususnya di sektor perikanan.

Di samping itu, langkah hilirisasi ini bisa juga menjadi substitusi protein hewani dari sapi dan kambing. "Dari mulai ikan segar, produk olahan ikan, dan susu ikan, bisa menjadi substitusi kebutuhan susu nasional yang selama ini masih didominasi produk impor," kata Teten.

Dengan model bisnis seperti yang sudah terjalin seperti ini, Teten meyakini hal itu bisa direplikasi di daerah lain. Di mana, bahan baku ikan selar khususnya, bisa diolah hingga memiliki nilai ekonomi yang lebih. Bahkan, produk setengah jadi ikan bisa digunakan untuk industri farmasi, makanan ternak, pupuk organik, herbal, dan produk kecantikan.

Ia merujuk Norwegia yang pendapatan terbesar negaranya kini berasal dari budidaya ikan salmon, tidak lagi dari sektor migas. Begitu juga dengan Selandia Baru yang hidup makmur dari pendapatan negara berasal dari susu, daging sapi, dan buah kiwi. 

"Indonesia seharusnya bisa lebih dari itu, karena memiliki keanekaragaman hayati yang lebih lengkap," ucap Teten.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement