Sabtu 05 Aug 2023 11:18 WIB

Tanda Stres yang Muncul Saat Tidur, Jangan Diabaikan

Tanda stres ternyata bisa diketahui dari sejumlah kondisi yang terjadi saat tidur.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Seorang wanita tidur (ilustrasi). Tanda-tanda stres ternyata dapat muncul ketika seseorang tidur.
Foto: www.freepik.com
Seorang wanita tidur (ilustrasi). Tanda-tanda stres ternyata dapat muncul ketika seseorang tidur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi stres ternyata bisa diketahui dari sejumlah tanda yang terjadi saat seseorang tidur. Mengetahui tanda-tandanya akan membuat seseorang lebih waspada dan mencari cara mengelola stres.

Berikut ini empat kondisi saat tidur yang bisa menandakan stres, dikutip dari laman Huffington Post, Sabtu (5/8/2023):

Baca Juga

1. Insomnia

Profesor psikologi klinis dalam psikiatri di Rumah Sakit Universitas Pennsylvania, Phil Gehrman, menyebutkan ada cukup banyak penelitian tentang efek stres pada tidur. Sebagian besar penelitian terutama berfokus pada insomnia atau kesulitan tidur.

"Ketika Anda sedang stres, mungkin akan lebih sulit untuk tertidur, terutama di awal malam," kata Gehrman. Ini perlu segera ditangani, sebab insomnia dapat menyebabkan lekas marah, gangguan kecemasan, bahkan sebuah studi mengaitkannya dengan risiko strok.

2. Mengigau dan berjalan saat tidur

Gehrman menjelaskan, ada kategori masalah tidur yang dikenal sebagai parasomnia dan bisa terjadi saat stres. Parasomnia yang meliputi mengigau, berjalan sambil tidur, dan makan sambil tidur, lebih sering terjadi saat seseorang stres atau cemas berlebihan.

Mungkin sulit untuk mengetahui kapan hal ini dialami saat tidur, yang sebaiknya dipantau oleh pasangan atau anggota keluarga lain. Bisa juga mewaspadainya jika terbangun di ruangan yang berbeda dari saat pergi tidur. Yang jelas, segera konsultasi dengan dokter apabila mengalami ini.

3. Tidur tak nyenyak

Menurut Gehrman, saat stres, seseorang cenderung kesulitan untuk tidur nyenyak. Itu karena seseorang tak menghabiskan banyak waktu di tahap tidur yang lebih dalam, melainkan tetap di fase tidur yang lebih ringan. Akibatnya, seseorang lebih mungkin terbangun di tengah waktu tidur dan tidak mendapatkan manfaat restoratif maksimal.

4. Mimpi buruk

Dokter Daniel Barone yang fokus pada pengobatan tidur di Weill Cornell Medicine, New York, mengatakan mimpi buruk lazimnya terkait dengan dua penyebab utama. Kemungkinan pertama adalah sesuatu yang bersifat fisik, seperti sleep apnea atau sakit kronis.

Kemungkinan lainnya adalah sesuatu yang nonfisik atau mental, bisa berupa stres, kecemasan, atau depresi. Misalnya, seseorang bermimpi melupakan paspor sebelum melakukan perjalanan besar, atau terbangun dalam kepanikan setelah mimpi buruk yang nyata tentang pekerjaan.

Bagaimana mengatasi sejumlah kondisi itu? Barone menyarankan untuk menjernihkan pikiran sebelum tidur atau relaksasi, yang bisa dilakoni lewat meditasi dan pijat. Apa pun yang membantu seseorang untuk membuat otak lebih santai juga sangat membantu.

Sebagian orang mendapat efek itu dari membaca atau menuliskan pikiran mengganggu sebelum tidur. Penting untuk melakukan ritual menenangkan diri sebelum tidur, sebaiknya tidak langsung beranjak dari pekerjaan atau kegaduhan media sosial langsung ke tempat tidur.

Sediakan jeda setidaknya 30 menit hingga 60 menit antara aktivitas yang menguras secara fisik dan mental dan waktu tidur. Jika masih mengkhawatirkan kondisi tertentu saat tidur, Barone menyarankan berkonsultasi dengan dokter dan melakukan evaluasi tidur. 

Evaluasi tidur memantau kebiasaan tidur untuk menentukan berapa lama seseorang tidur nyenyak, seberapa sering terbangun, jumlah oksigen yang didapatkan, dan banyak lagi. Setelah dokter mengetahui kebiasaan tidur dan gangguan yang mungkin ada, terapi tertentu dapat diberikan. "Jika kondisi mengkhawatirkan terus terjadi dan mengganggu tidur Anda, lakukan tes," kata Barone.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement