REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Demensia merupakan salah satu masalah kesehatan yang hingga saat ini belum bisa disembuhkan. Meski begitu, diagnosis dan terapi yang diberikan lebih awal bisa membantu pasien demensia mengelola gejala serta perkembangan penyakit mereka dengan lebih optimal.
Demensia merupakan istilah payung untuk beragam gangguan atau penyakit yang mempengaruhi kemampuan daya ingat, berbahasa, hingga berpikir penderitanya. Jenis demensia yang paling umum ditemukan adalah penyakit Alzheimer.
Agar demensia bisa terdeteksi lebih awal, orang-orang perlu mengenali beragam tanda dan gejala awalnya. Menurut profesor di bidang ilmu kedokteran dari Weill Cornell Medicine, dr Rayaz Malik, beberapa tanda awal demensia yang paling umum bisa dikenali lewat ABCD.
ABCD merupakan singkatan dari activities (aktivitas), behaviour (perilaku), cognition (kognisi), serta disorientation (disorientasi). Berikut ini adalah penjelasannya, seperti dilansir Express pada Rabu (2/8/2023):
1. Aktivitas: Orang dengan demensia biasanya akan mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas yang sebelumnya biasa dilakukan. Sebagai contoh, kesulitan untuk memakai pakaian.
2. Perilaku: Orang dengan demensia juga dapat menunjukkan sejumlah perubahan perilaku. Perubahan perilaku ini kerap didorong oleh rasa depresi atau frustrasi karena mengalami keterbatasan yang menyulitkan mereka untuk beraktivitas dalam keseharian.
3. Kognitif: Orang dengan demensia juga kerap mengalami penurunan fungsi kognitif. Salah satunya adalah menjadi mudah lupa atau pikun, seperti sulit mengingat nama orang, tempat yang familiar, atau benda-benda yang sebelumnya dikenal. Kondisi ini bisa membuat penderita merasa ada sesuatu yang salah namun tak bisa benar-benar memahami apa yang salah.
"Orang dengan demensia bisa mengingat dengan jelas apa yang terjadi 20-30 tahun lalu, tetapi tidak bisa mengingat apa yang terjadi kemarin atau bahkan hari ini," kata dr Malik.
4. Disorientasi: Orang dengan demensia kerap mengalami disorientasi. Disorientasi ini bisa berkaitan dengan waktu, tempat, atau orang. Biasanya, kondisi ini dapat membuat penderita demensia semakin merasa frustrasi.
Selain mewaspadai tanda-tanda awal demensia, dr Malik juga memberikan beberapa kiat untuk menekan risiko demensia pada masa depan. Salah satu di antaranya adalah mengobati dan mengelola beragam faktor risiko yang dimiliki seperti obesitas, demensia, hipertensi, serta penyakit kardiovaskular.
"Bila Anda (mengidap) dan mengelola kondisi-kondisi ini dengan efektif, itu akan menurunkan risiko Anda terkena demensia atau menekan risiko perburukannya (bila sudah terkena demensia)," kata dr Malik.
Hal lain yang dapat membantu menurunkan risiko demensia adalah pendidikan. Oleh karena itu, orang-orang sangat dianjurkan untuk selalu mengasah otak mereka agar terlindungi dari demensia. Beberapa contoh aktivitas yang dapat mengasah otak adalah belajar bahasa asing yang baru, bermain kartu, atau mengerjakan teka teki silang.
"Olahraga" otak ini juga perlu diimbangi dengan berolahraga rutin. Selain itu, dr Malik juga menganjurkan orang-orang untuk menjalin interaksi sosial dan tak mengisolasi diri.
"Isolasi sosial merupakan sebuah masalah besar yang dapat membuat demensia semakin buruk," ujar dr Malik.