Senin 31 Jul 2023 23:02 WIB

Gigitan Kutu Lone Star Bikin Puluhan Ribu Warga AS Alergi Daging Merah

Reaksi alergi berat bisa menyebabkan penderita mengalami anafilaksis.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Daging sapi (ilustrasi). Gigitan kutu lone star bisa menyebabkan terjadinya sindrom alpha-gal, membuat orang alergi daging merah.
Foto: www.freepik.com
Daging sapi (ilustrasi). Gigitan kutu lone star bisa menyebabkan terjadinya sindrom alpha-gal, membuat orang alergi daging merah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Amerika Serikat (AS) merupakan salah satu negara pengonsumsi daging merah terbesar di dunia. Ironisnya, gigitan kutu lone star membuat puluhan ribu warga AS menjadi alergi terhadap daging merah.

Gigitan kutu lone star bisa menyebabkan terjadinya sindrom alpha-gal. Sindrom alpha-gal dapat membuat penderitanya mengalami reaksi alergi bila mengonsumsi molekul gula bernama alpha-gal yang dapat ditemukan pada hewan mamalia.

Baca Juga

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), alpha-gal terdapat pada daging merah seperti daging sapi, babi, kelinci, domba, serta rusa. Selain itu, alpha-gal juga bisa terkandung di dalam gelatin, susu sapi, dan produk berbagai produk olahan susu.

Beberapa reaksi alergi yang mungkin dialami oleh penderita sindrom alpha-gal adalah bentol-bentol atau muncul ruam yang terasa gatal. Penderita sindrom alpha-gal juga dapat merasakan mual, batuk, penurunan tekanan darah, hingga pingsan bila mengonsumsi daging merah dan produk pangan lain yang mengandung alpha-gal.

Dalam kasus yang berat, reaksi alergi bisa menyebabkan penderita mengalami anafilaksis. Anafilaksis adalah reaksi alergi berat yang bisa mengancam jiwa.

Secara umum, reaksi alergi biasanya muncul sekitar dua hingga enam jam setelah penderita mengonsumsi pangan hewani yang mengandung alpha-gal. Reaksi alergi juga bisa muncul bila penderita berkontak dengan produk pangan hewani tersebut.

Cleveland Clinic mengungkapkan bahwa belum ada obat yang bisa menyembuhkan sindrom alpha-gal. Dengan kata lain, kondisi ini bisa dialami oleh penderita dalam jangka panjang. Meski begitu, penderita bisa berkonsultasi dengan dokter untuk menyusun rencana makan yang sesuai agar terhindar dari pemicu alergi.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement