Selasa 06 Jun 2023 06:32 WIB

Adakah Hubungan Menikah dan Diabetes? Ini Faktanya

Menikah dapat membantu mempertahankan kadar gula darah lebih rendah.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Natalia Endah Hapsari
Pernikahan bisa mencegah seseorang mengidap diabetes tipe dua./ilustrasi
Foto: Pixabay
Pernikahan bisa mencegah seseorang mengidap diabetes tipe dua./ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti mengungkap manfaat lain dari pernikahan terhadap kondisi kesehatan seseorang. Menurut studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari Luksemburg dan Kanada, menikah bisa mencegah seseorang mengidap diabetes tipe dua.

Dari hasil studi yang telah dipublikasikan di BMJ Open Diabetes Research & Care, menikah dapat membantu mempertahankan kadar gula darah yang lebih rendah terutama pada orang yang berusia di atas 50 tahun.

Baca Juga

Tim peneliti mengamati bahwa setelah menikah, kadar gula darah yang dimiliki peserta studi rata-rata turun 0,21 persen. Angka ini signifikan secara statistik dibandingkan dengan individu yang melajang karena preferensi, kematian, atau perceraian.

Untuk memberikan konteks pada hasil studinya, tim merujuk penelitian lain yang menunjukkan bahwa penurunan 0,2 persen pada tingkat gula darah rata-rata populasi dapat mengurangi kematian berlebih hingga 25 persen. Studi terkini menyebut, manfaat kesehatan itu tetap ada, terlepas dari kualitas hubungan suami istri.

"Kami menemukan bahwa status perkawinan tampaknya memengaruhi kadar gula darah rata-rata pada populasi yang berisiko diabetes tipe dua," kata penulis studi dari University of Luxembourg, Katherine Ford, dikutip dari laman Study Finds, Selasa (6/6/2023).

Dia mengatakan, studi sebelumnya telah mengonfirmasi manfaat kesehatan dari pernikahan. Individu yang menikah cenderung lebih kecil kemungkinannya mengidap depresi dan berisiko lebih rendah terkena kondisi seperti hipertensi atau kolesterol tinggi.

Riset terbaru diharapkan dapat membantu dokter umum dalam mengidentifikasi pasien yang rentan mengidap diabetes. Selama ini, ageisme (diskriminasi usia), stereotip aseksual, kesehatan fisik dan mental yang memburuk, dan kurangnya kesempatan sosial masih jadi hambatan bagi seseorang untuk menjalin romansa dan punya koneksi sosial.

Dalam studi, para peneliti menganalisis data dari 3.335 orang dewasa yang berusia lebih tua menggunakan English Longitudinal Study of Aging (ELSA). Peserta diikuti selama satu dekade, diambil sampel darahnya secara teratur dan menjawab pertanyaan tentang status perkawinan dan kualitas hubungan.

Sekitar tiga per empat responden menikah atau memiliki pasangan yang hidup bersama. Analisis dari waktu ke waktu menunjukkan bahwa individu yang mengalami perceraian lebih mungkin mengembangkan pradiabetes (keadaan gula darah tinggi yang dapat menyebabkan kasus diabetes parah).

Kualitas hubungan tidak berpengaruh signifikan terhadap rata-rata kadar glukosa darah. Temuan ini menunjukkan bahwa berada dalam pernikahan atau hubungan romansa berbanding terbalik dengan kadar gula darah, terlepas dari tingkat dukungan atau ketegangan di antara pasangan. "Hubungan ini tampaknya menawarkan efek perlindungan di atas ambang pradiabetes," ungkap Ford.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement