REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di Indonesia, momen berkumpul dengan keluarga telah menjadi salah satu tradisi yang sering dilakukan oleh masyarakat. Namun, sering kali momen ini menjadi ajang timbulnya pertanyaan-pertanyaan sensitif dari sanak keluarga yang menyangkut hal personal hingga finansial.
Akhirnya, pertanyaan tersebut menimbulkan perasaan cemas akan kondisi finansial atau yang biasa disebut financial anxiety. Financial anxiety atau kecemasan finansial merupakan merupakan suatu perasaan ketakutan, kekhawatiran, atau cemas yang dapat memengaruhi keadaan psikologis seseorang, terutama dikarenakan kurangnya persiapan dalam menghadapi pengeluaran.
Psikolog keluarga, Ayank Irma, mengatakan orang yang memiliki kecemasan finansial mereka mungkin akan merasakan khawatir, stres, dan tidak nyaman dengan keadaan keuangan mereka dan dapat memicu berbagai masalah kesehatan mental, seperti depresi, cemas, atau insomnia.
Selain itu, terkadang dalam momen kumpul bersama keluarga, kerabat kerap melontarkan pertanyaan sensitif seputar keuangan kepada anggota keluarga yang lebih muda, di mana maksud sebenarnya memiliki tujuan baik yaitu untuk menjalin hubungan lebih dekat dan mengetahui kabar serta kondisi anggota keluarga. Namun, kalimat yang digunakan sering kali menyinggung ranah personal dan membuat orang yang ditanyakan menjadi tidak nyaman.
"Jadi sangat penting bagi seseorang untuk merencanakan keuangannya dengan baik dan mengatur pengeluaran mereka dengan bijak," ujar Ayank dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Senin (15/5/2023).
Pentingnya jaringan sosial yang kuat, seperti keluarga dan teman-teman, yang dapat memberikan dukungan emosional dan membantu mengurangi stres. Selain pertanyaan-pertanyaan sensitif dan kurangnya persiapan lebaran, terdapat juga berbagai faktor lainnya yang dapat menimbulkan financial anxiety, seperti utang yang menumpuk, penghasilan yang tidak stabil, biaya hidup yang tinggi, dan ketidakpastian ekonomi secara umum.