Senin 15 May 2023 18:58 WIB

Fakta di Balik Lagu Populer Coldplay 'The Scientist'

Meski judulnya 'The Scientist', lagu ini tak ada kaitan dengan ilmuwan maupun sains.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Salah satu adegan dalam video musik The Scientist milik Coldplay. Meski judulnya menggunakan kata scientist, lagu ini tak ada kaitannya dengan ilmuwan maupun sains.
Foto: Universal Music
Salah satu adegan dalam video musik The Scientist milik Coldplay. Meski judulnya menggunakan kata scientist, lagu ini tak ada kaitannya dengan ilmuwan maupun sains.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lagu "The Scientist" dari band Coldplay telah menjadi favorit banyak orang. Diceritakan dari sudut pandang seorang ilmuwan, tembang balada piano yang dirilis pada 2002 itu termuat di album kedua Coldplay, A Rush of Blood to the Head.

Meski berjudul "The Scientist" yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti "sang ilmuwan", namun lirik lagu tersebut tak berkaitan dengan hal ilmiah. Bait demi bait lagu justru berisi keinginan seseorang untuk memperbaiki hubungannya dan memulai kembali.

Baca Juga

Vokalis Coldplay, Chris Martin, menyampaikan bahwa makna lagu tersebut adalah tentang perempuan. "Aneh bahwa apa pun yang ada di pikiran Anda, apakah itu kejatuhan ekonomi global atau masalah lingkungan yang mengerikan, hal yang paling membuat Anda selalu tertarik adalah ketika Anda menyukai seseorang," ujar Martin, dikutip dari laman American Songwriter, Senin (15/5/2023).

Lirik lagu yang paling terngiang adalah nobody said it was easy atau "tidak ada yang bilang itu mudah". Ungkapan tersebut merupakan momen kebenaran perihal cinta, di mana kenyataan menunjukkan bahwa memperjuangkan hubungan percintaan membutuhkan usaha lebih.

Saat mengerjakan album A Rush of Blood to the Head, Martin menulis lagu "The Scientist" setelah mendengarkan album rilisan 1970 milik George Harrison, All Things Must Pass. Saat penggarapan album kedua Coldplay itu, Martin sempat berpikir ada sesuatu yang hilang.

Martin mengenang bahwa dahulu dia berada di ruangan yang sangat gelap di Liverpool, Inggris. Ada piano yang sangat tua dan bunyinya belum diselaraskan. Saat itu, dia ingin mencoba mengulik lagu George Harrison, "Isn't It a Pity", tetapi Martin tidak bisa.

"Kemudian lagu ini ("The Scientist") keluar begitu saja sekaligus. Saya berkata (kepada tim), 'Bisakah Anda menyalakan perekam?' Pertama kali saya menyanyikannya adalah apa yang ada di lagu yang sekarang dikenal," ujar Martin.

Jadi, siapakah "sang ilmuwan"? Menurut catatan album A Rush of Blood to the Head, Coldplay pernah mengungkap sosok itu. Di antara personel dan kru band, ada candaan bahwa Dan Keeling, perwakilan A&R yang menandatangani Coldplay ke label rekaman Parlophone, adalah sosok "ilmuwan" bagi mereka.

Terlepas dari makna yang tersirat dari lagu tersebut, "The Scientist" tetap jadi karya yang sudah menemani banyak orang. Album yang memuatnya pun, A Rush of Blood to the Head, memenangkan tiga Grammy Awards, untuk kategori album alternatif terbaik, penampilan rock terbaik (lagu "In My Place"), dan rekaman terbaik untuk lagu "Clocks".

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement