Rabu 03 May 2023 16:14 WIB

Orang Indonesia Sering Rendah Diri di Depan Bule, Mental Inlander Masih Kental?

Banyak masyarakat yang memang menganggap barat lebih modern.

Rep: Santi Sopia/ Red: Qommarria Rostanti
Mentalitas inlander (ilustrasi). Sebagian masyarakat Indonesia masih ada yang memiliki mentalitas inlander atau merasa rendah diri di depan bule.
Foto: www.freepik.com
Mentalitas inlander (ilustrasi). Sebagian masyarakat Indonesia masih ada yang memiliki mentalitas inlander atau merasa rendah diri di depan bule.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Meski Indonesia sudah merdeka hampir 78 tahun, namun tak ditampik “mentalitas inlander” masih ada di tengah masyarakat Indonesia. Masyarakat seakan rendah diri di hadapan warga asing, khususnya bule dari wilayah barat.

Belakangan ini, terjadi tidak sedikit kasus yang melibatkan warga asing, mulai dari ulah di beberapa tempat wisata Indonesia hingga meludahi imam masjid. Mengapa ada bule yang berlaku "seenaknya" di Indonesia? Apakah karena warga Indonesia dianggap masih memiliki rasa rendah diri? 

Baca Juga

Sosiolog Universitas Nasional, Nia Elvia, menyoroti nilai pendidikan yang ditanamkan pada masyarakat. Banyak masyarakat yang memang menganggap barat lebih modern.

“Saya kira pandangan masyarakat bahwa masyarakat barat lebih modern dari masyarakat dunia ketiga, berakar dari nilai yang ditanamkan oleh pendidikan yang berlaku di Indonesia,” kata Nia saat dihubungi, Selasa (2/5/2023).

Sering kali masyarakat menempatkan posisi orang barat lebih tinggi kulturnya dibandingkan kultur sendiri. Menurut dia, dalam masyarakat, berkembang nilai bahwa masyarakat barat identik dengan nilai kemajuan dan modern. Contoh kecilnya seperti nilai tentang kesetaraan gender yang selalu mengedepankan pandangan dari masyarakat barat. Padahal para pendiri bangsa ini sudah meletakkan nilai kesetaraan gender sesuai dengan nilai luhur bangsa.

Nia mencontohkan, Sarinah sebagai hasil karya Bung Karno yang tidak pernah dibahas ketika membahas konsep kesetaraan gender. Menurut dia, penting untuk masyarakat Indonesia agar berkaca kembali kepada pemikiran para pendiri bangsa, khususnya ide Sukarno dan Mohammad Hatta.

Ide tersebut bisa jadi pedoman menata kehidupan bernegara, bermasyarakat supaya kita saat ini dan ke depan. “Supaya kita tidak merasa menjadi warga kelas dua di dunia dan punya harga diri,” kata Nia.

Secara geografis, masyarakat dunia dikelompokkan sebagai barat dan timur. Kedua wilayah juga memiliki budaya masing-masing, yakni, budaya barat dan timur.

Budaya barat mengacu pada wilayah Eropa, Amerika dan sekitarnya. Sementara budaya timur berkembang di Asia, termasuk Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement