Rabu 14 Aug 2024 09:29 WIB

Konten TikTok Bikin Remaja Perempuan Nggak Pede Sama Tubuhnya?

Peneliti menyurvei 273 wanita berusia 18 hingga 28 tahun tentang penggunaan TikTok.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Seseorang menunjukan aplikasi TikTok. Berdasarkan survei, wanita yang menghabiskan waktu untuk scrolling TikTok berisiko lebih besar tidak menyukai tubuh mereka sendiri dan merasa tidak percaya diri.
Foto: Republika/Prayogi
Seseorang menunjukan aplikasi TikTok. Berdasarkan survei, wanita yang menghabiskan waktu untuk scrolling TikTok berisiko lebih besar tidak menyukai tubuh mereka sendiri dan merasa tidak percaya diri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wanita yang menghabiskan waktu untuk scrolling TikTok berisiko lebih besar tidak menyukai tubuh mereka sendiri dan merasa tidak percaya diri. Utamanya, jika mereka telah terpapar konten pro-anoreksia. Demikian merujuk pada sebuah penelitian yang dilakukan di Australia.

Para peneliti Australia menyurvei 273 wanita berusia 18 hingga 28 tahun dari Juli 2021 hingga Oktober 2021 tentang penggunaan TikTok mereka. Sebagai bagian dari penelitian, para peserta kemudian diperlihatkan konten yang pro-ana atau pro anoreksia yaitu gangguan makan yang ditandai dengan penolakan untuk mempertahankan berat badan sehat.

Baca Juga

Studi ini menemukan, para wanita yang disurvei memiliki reaksi tubuh yang negatif setelah hanya 10 menit melihat konten di TikTok. "Karena konten makan yang tidak teratur sangat lazim di TikTok, ada juga kemungkinan bahwa pengguna TikTok dalam penelitian kami akan sedikit terinokulasi (terhadap efeknya), tetapi tentu saja tidak demikian," kata Rachel Hogg, dosen senior di Fakultas Psikologi di Charles Sturt University, dilansir NBC, Selasa (13/8/2024).

Hogg dan koleganya Madison Blackburn melakukan penelitian ini. Dalam studi baru ini, Blackburn dan Hogg menunjukkan algoritma halaman "For You Page" TikTok sebagai alasan mengapa platform ini berbeda dengan platform lain dalam hal menampilkan konten berbahaya kepada pengguna.

Algoritma TikTok secara umum menyesuaikan diri dengan minat pengguna dan menampilkan konten yang mirip dengan apa yang mereka sukai. Jika seseorang menyukai, mengomentari, menyimpan, atau membagikan sebuah video, algoritma kemungkinan besar akan menampilkan konten yang serupa kepada pengguna.

"Algoritma di TikTok jauh lebih berpengaruh daripada pilihan pengguna individu dalam menentukan konten yang mereka lihat di halaman For You," kata Hogg.

Menurut penelitian tersebut, 64 persen wanita mengatakan kepada para peneliti bahwa mereka sebelumnya telah "terpapar konten makan yang tidak teratur" di halaman "For You" mereka.

Tidak jelas apakah konten yang dilabeli oleh para peneliti sebagai "pro-ana" dapat menyebabkan masalah jangka panjang. Sebaliknya, mereka secara khusus berfokus pada bagaimana perasaan perempuan muda segera setelah menggunakan platform tersebut dan melihat gambar-gambar "pro-ana".

Meskipun penelitian ini tidak menyebutkan akun apa yang ditunjukkan kepada partisipan atau video apa yang digunakan, penelitian ini mengidentifikasi tagar dan genre, termasuk #GymTok dan #FoodTok. Video-video tersebut termasuk video yang menampilkan wanita yang menggunakan humor tentang perilaku makan mereka yang tidak teratur, membuat diri mereka kelaparan, dan memberikan tips penurunan berat badan seperti makan es batu dan mengunyah permen karet untuk mengatasi rasa lapar. Para peserta yang diperlihatkan video-video tersebut melaporkan ketidaksenangan yang lebih besar terhadap penampilan mereka.

Hogg dan Blackburn menjelaskan konten "pro-ana" yang ada di TikTok memiliki berbagai macam jenis, mulai dari yang "implisit", seperti pengecekan tubuh atau tips kesehatan dari orang yang tidak profesional, hingga konten "eksplisit" yang meliputi kreator yang berbicara tentang membuat diri mereka sendiri kelaparan.

Temuan baru ini menambah bukti tentang potensi risiko media sosial terhadap kepercayaan diri dan citra tubuh para perempuan muda. Common Sense Media, sebuah kelompok yang mempelajari bagaimana media dan teknologi memengaruhi anak-anak dan keluarga, serta lembaga nirlaba advokasi Inggris Center for Countering Digital Hate, telah menyoroti kekhawatiran yang sama tentang TikTok dalam penelitian baru-baru ini.

Meta (perusahaan induk Instagram, Facebook, Threads) juga mendapat sorotan pada 2021 setelah laporan Wall Street Journal menemukan bahwa perusahaan tersebut mengetahui platformnya dapat menjadi “toxic” bagi kesehatan mental remaja. Beberapa pihak telah menggugat platform seperti Meta dan TikTok, mengeklaim bahwa aplikasi seperti Instagram telah merusak mental anak-anak.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement