Kamis 27 Apr 2023 15:26 WIB

Buatan Oxford, Vaksin Malaria Baru yang Menjanjikan Telah Disetujui di Dua Negara

Sebelumnya, ada vaksin malaria dari GSK, namun pasokannya masih terbatas.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Nyamuk Anopheles gambiae, vektor dari parasit malaria, menyedot darah ketika mengigit peneliti  the International Centre for Insect Physiology and Ecology (ICIPE) di Nairobi, Kenya, April 2008. Untuk pertama kalinya, WHO menyetujui penggunaan vaksin malaria MosquirixTM buatan perusahaan farmasi multinasional Inggris, GlaxoSmithKline, untuk anak-anak di Afrika. Kini, vaksin baru dari Oxford disetujui penggunaannya di Ghana dan Nigeria.
Foto:

Langkah selanjutnya untuk vaksin malaria baru

Vaksin Oxford terdiri dari tiga dosis yang diberikan setiap empat pekan. Dosis keempat akan disuntikkan setahun kemudian.

Sejauh ini, satu-satunya data peer-review tentang vaksin malaria Oxford berasal dari uji coba kecil terhadap 450 bayi hingga usia 17 bulan di Burkina Faso. Di antara kelompok itu, vaksin ditemukan mengurangi risiko malaria hingga 77 persen.

Adrian Hill, pengembang utama vaksin dan salah satu direktur Program Oxford Martin tentang Vaksin, mengatakan uji coba Fase 3 terhadap 4.800 anak hingga usia tiga tahun menunjukkan keamanan dan kemanjuran yang serupa. Namun, temuan tersebut belum dipublikasikan dalam jurnal peer-review.

WHO masih mengevaluasi data vaksin Oxford. WHO belum merekomendasikannya untuk digunakan.

"Negara-negara tanpa proses peraturan mereka sendiri untuk menyetujui vaksin sering kali tunduk pada rekomendasi WHO," ujar Wirth.

WHO mengatakan tidak memiliki garis waktu khusus untuk keputusannya. Menurut Hill, ini mengecewakan, mengingat ada banyak kematian akibat malaria pada anak kecil di Afrika.

Vaksin Oxford lebih murah, yakni tiga dolar AS (Rp 44 ribu) per dosis. Sementara itu, vaksin GSK tersedia dengan harga 10 dolar AS (Rp 148 ribu).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement