REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Anak dr Amar Widhiani mengatakan cuaca panas yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia menjadi favorit nyamuk malaria untuk berkembang biak. Amar mengungkapkan baik nyamuk Aedes aegypti (demam berdarah) maupun Anopheles (malaria) menyukai daerah tropis dan tidak dingin, karena nyamuk tersebut tidak bisa berkembang biak di daerah dingin.
"Jakarta sekarang panas, banyak nyamuk berkembang biak, pasti ada vektor nyamuk Anopheles (malaria) meskipun bukan daerah endemis," kata Amar dalam diskusi mengenai ciri-ciri dan penanganan malaria yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (27/4/2023).
Meskipun Jakarta dan sekitarnya bukan daerah endemis, kata dia, masyarakat tetap harus waspada karena penyakit malaria bisa menular oleh beberapa faktor. "Di daerah seperti Jakarta dan Bekasi banyak terdapat semak-semak yang menyebabkan air (mengalir) tidak lancar. Itu menjadi tempat berkembang biak Anopheles dengan mudah" kata dokter yang praktek di Rumah Sakit (RS) Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta itu.
Selain itu, Amar mengungkapkan malaria bisa menyebar karena adanya nyamuk Anopheles yang terbawa oleh alat transportasi yang berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Pemudik yang balik membawa penyakit malaria dalam tubuhnya, lanjut dia, bisa menularkan kepada pemudik lain melalui gigitan nyamuk Anopheles yang dibawa.
"Transfusi darah juga harus hati-hati, jika mendapatkan donor yang mengidap penyakit malaria juga akan menularkan penyakitnya kepada yang mendapatkan transfusinya," kata Amar.
Amar menyarankan agar masyarakat meminimalisasi keluar rumah antara sore sampai subuh. Jika terpaksa maka harus memakai pakaian lengkap, lengan dan celana panjang, serta memakai obat anti nyamuk yang diulang pemakaiannya di kulit selama 4-6 jam untuk mencegah penularan penyakit malaria.
Selain itu, tidur di kamar yang dingin berpenyejuk udara atau kipas angin, serta menggunakan kelambu juga mencegah tubuh dari gigitan nyamuk Anopheles.