Jumat 21 Apr 2023 04:50 WIB

Kebiasaan Makan yang Berperan Besar Tingkatkan Kasus Baru Diabetes Tipe 2

Pola makan buruk berkontribusi terhadap 7 dari 10 kasus global baru diabetes tipe 2.

Rep: Santi Sopia/ Red: Qommarria Rostanti
Alat pendeteksi kadar gula darah bagi penderita diabetes (ilustrasi). Pola makan yang buruk berkontribusi besar meningkatkan kasus baru diabetes tipe 2.
Foto: www.freepik.com
Alat pendeteksi kadar gula darah bagi penderita diabetes (ilustrasi). Pola makan yang buruk berkontribusi besar meningkatkan kasus baru diabetes tipe 2.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pola makan yang buruk berkontribusi pada peningkatan kasus penyakit di seluruh dunia. Ada makanan tertentu yang diketahui bisa meningkatkan risiko diabetes tipe 2.

Penelitian baru telah mengidentifikasi tiga kebiasaan makan yang berkontribusi paling besar terhadap kasus diabetes tipe 2. Obesitas adalah salah satu faktor pendorong terbesar untuk mengembangkan kondisi gula darah yang memengaruhi kadar insulin.

Baca Juga

Sekarang, pola makan yang buruk juga dikaitkan dengan meningkatnya jumlah kasus global. Analisis oleh para ilmuwan di Friedman School of Nutrition Science and Policy, Tufts University meneliti pola maoan dari 184 negara.

Peneliti mengacu pada data antara tahun 1990 dan 2018. Temuan yang diterbitkan di jurnal Nature Medicine mempertimbangkan 11 faktor makanan dan tiga di antaranya ditemukan sebagai penyebab utama meningkatnya kasus.

Melansir dari laman Daily Record pada Kamis (20/4/2023), ketiga pola makan tersebut di antaranya konsumsi daging olahan yang berlebihan, kurangnya asupan biji-bijian, dan terlalu banyak makan gandum olahan. Hasilnya menyoroti pentingnya diet sehat untuk mengurangi risiko berkembangnya kondisi kronis.

Para peneliti memperkirakan, pola makan yang buruk berkontribusi terhadap tujuh dari 10 kasus global baru diabetes tipe 2 pada tahun 2018. Studi ini juga menemukan bahwa orang paling berisiko adalah pria dibandingkan wanita. Kemudian orang dewasa muda dan penduduk perkotaan dibandingkan pedesaan.

"Studi kami menunjukkan kualitas karbohidrat yang buruk adalah pendorong utama diabetes tipe 2 yang disebabkan pola makan secara global, dan dengan variasi penting menurut negara dan dari waktu ke waktu," kata penulis senior Dariush Mozaffarian, Profesor Gizi Jean Mayer dan dekan kebijakan di Friedman School.

Temuan baru ini mengungkapkan, pentingnya digencarkan program peningkatan nutrisi dan mengurangi beban diabetes. Faktor-faktor seperti tidak cukup makan sayuran, atau tidak minum cukup air, berdampak lebih kecil pada kasus diabetes tipe 2.

Sedangkan konsumsi daging olahan berlebihan, dapat seputar makanan mentah seperti sosishingga makanan yang diawetkan seperti daging kornet kaleng. Adapun biji-bijian utuh biasanya ditemukan dalam makanan seperti roti gandum dan pasta. Sedangkan gandum olahan terdapat pada olahan roti, kue, kue kering, dan nasi putih.

Penelitian menunjukkan, semua negara yang diteliti mengalami peningkatan diabetes tipe dua antara tahun 1999 dan 2018. Data bersumber dari informasi Global Dietary Database, serta demografi populasi. Pilihan makanan memengaruhi orang yang hidup dengan obesitas dan diabetes.

Daerah yang memiliki jumlah kasus diabetes tipe 2 tertinggi yang terkait dengan pola makan adalah Eropa Tengah dan Timur, khususnya Polandia dan Rusia, Asia Tengah, Amerika Latin, dan Karibia. Sementara itu, Asia Selatan memiliki lebih sedikit kasus diabetes yang dipengaruhi oleh pola makan. Akan tetapi Afrika Sub-Sahara memiliki peningkatan diabetes tipe 2 terbesar karena pola makan buruk dalam periode 28 tahun.

Penulis studi pertama Meghan O'Hearn mengatakan diabetes tipe 2 akan terus berdampak pada kesehatan populasi, produktivitas ekonomi, kapasitas sistem perawatan kesehatan, dan mendorong ketidaksetaraan kesehatan di seluruh dunia. Temuan ini dapat membantu menginformasikan prioritas nutrisi untuk dokter, pembuat kebijakan, dan pelaku sektor swasta.

“Karena mereka mendorong pilihan pola makan yang lebih sehat untuk mengatasi epidemi global ini,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement