REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus flu burung yang menginfeksi seorang pria di Amerika Serikat menjadi perhatian para pejabat kesehatan. Pasien asal Chile yang berusia 53 tahun itu mengalami sakit tenggorokan, suara serak, dan batuk sebelum didiagnosis mengidap flu burung.
Gejala pasien dilaporkan memburuk selama Maret 2023, kemudian dia dirawat di unit perawatan intensif, lantas mendapatkan obat antivirus dan antibiotik. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) melaporkan pasien masih dipantau di rumah sakit.
Dikutip dari laman Express, Selasa (18/4/2023), hasil uji laboratorium pasien mengungkapkan adanya dua mutasi genetik terkait infeksi virus. Kasus terjadi beberapa pekan setelah 40 ribu unggas dimusnahkan di Chile bagian tengah.
Terlepas dari kekhawatiran ilmuwan terkait mutasi baru, ancaman flu burung terhadap manusia saat ini dilaporkan tetap rendah. Tidak ada bukti bahwa virus yang bermutasi menyebar ke orang lain atau memiliki kemampuan untuk menghindari obat-obatan dan vaksin.
Bagaimanapun, para pakar ilmiah tengah mendesak pemerintah untuk membuat formulasi vaksin flu burung yang baru. Menurut Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS), flu burung adalah jenis influenza menular yang menyebar di antara burung atau unggas.
Dalam kasus yang jarang terjadi, flu burung dapat menyerang manusia, dengan jenis tertentu yang dilaporkan mengkhawatirkan. Terdapat beberapa jenis flu burung, yakni H5N1 (sejak 1997), H7N9 (sejak 2013), H5N6 (sejak 2014), dan H5N8 (sejak 2016).
"H5N1, H7N9, dan H5N6 tidak menginfeksi manusia dengan mudah dan biasanya tidak menyebar dari manusia ke manusia. Namun, beberapa orang telah terinfeksi di seluruh dunia, menyebabkan sejumlah kematian," kata NHS.
Flu burung H5N8 dan H5N1 telah ditemukan pada sejumlah unggas, burung di lokasi penangkaran, serta burung liar di Inggris. Flu burung dapat menyebar melalui kontak dekat dengan unggas yang terinfeksi, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati.