REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang perempuan berusia 56 tahun meninggal setelah tertular jenis flu burung yang langka di Cina. Dia merupakan orang pertama yang meninggal akibat virus H3N8 yang mematikan sekaligus kasus ketiga yang dilaporkan dari virus tersebut.
Sebuah laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan perempuan tersebut mengalami gejala pada akhir Februari dan meninggal pada 16 Maret. Dia memiliki beberapa kondisi yang memberatkan dan diyakini telah tertular virus di pasar basah, di mana para ilmuwan yang melacak keterpaparannya mengumpulkan sampel positif untuk H3N8.
Dua bocah laki-laki terinfeksi virus yang sama dalam kasus yang tidak terkait di Cina pada tahun lalu. Keduanya selamat, menurut Telegraph.
Tidak ada bukti bahwa H3N8 dapat menyebar dari orang ke orang. WHO mengatakan tidak ada kontak dekat dari kasus yang mengembangkan infeksi atau gejala penyakit pada saat pelaporan.
H3N8 juga telah terdeteksi di berbagai mamalia sebelumnya, termasuk kuda dan anjing. Pada 2011, terjadi wabah H3N8 di antara anjing laut pelabuhan di New England, AS yang menewaskan 162 hewan.
Untuk saat ini, pandemi flu burung H5N1, yang tidak terkait dengan jenis ini, tetap menjadi risiko yang lebih besar bagi manusia.
"Jika penularan antar mamalia telah dimulai, virus telah berubah dan ini dapat meningkatkan risiko kesehatan manusia," dr Pablo Plaza, seorang ahli kesehatan masyarakat veteriner, seperti dilansir laman The Sun, Rabu (12/4/2023).
Plaza menyebut, sampai sekarang, risiko ini tampaknya rendah. Akan tetapi, masyarakat dunia harus waspada karena virus berubah sepanjang waktu.
"Dibutuhkan beberapa perubahan virus untuk beradaptasi dengan penularan antar manusia, sehingga diharapkan itu tidak terjadi," tuturnya.
Kasus kematian di Cina terjadi ketika virus flu burung yang membunuh seorang gadis berusia 11 tahun di Kamboja berkembang menjadi lebih baik dalam menginfeksi sel manusia. Pejabat kesehatan Inggris memulai pemodelan gaya Covid-19 untuk memprediksi dampak wabah flu burung, di tengah kekhawatiran virus tersebut dapat memicu pandemi.