REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dr Dicky Budiman mengatakan, anak-anak rentan terhadap infeksi Covid-19 subvarian baru. Subvarian yang dimaksud yaitu XBB.1.16 atau Arcturus.
"Kasus yang terdapat di India dan negara berkembang lainnya kebanyakan anak-anak karena mereka rentan terhadap Covid-19 subvarian Arcturus," kata dr Dicky, Senin (10/4/2023).
Dicky mengatakan meskipun banyak kasus yang diakibatkan oleh Covid-19 subvarian Arcturus, bukan berarti virus tersebut hanya menyerang anak-anak. Siapapun bisa terpapar.
Selain itu, lansia dan ibu hamil juga rentan terinfeksi Covid-19 subvarian Arcturus terutama kepada mereka yang belum divaksinasi sehingga kekebalan imunnya masih rendah. Dia mengatakan, anak-anak di India banyak yang belum divaksinasi terutama usia di bawah enam tahun.
"Ini yang membuat kenapa kasus anak masuk rumah sakit akibat Arcturus ini tinggi karena memang imunitasnya belum memadai," kata peneliti di Universitas Griffith, Australia tersebut.
Pada anak-anak umumnya terdapat gejala gangguan pada mata seperti kemerahan dan terdapat kotoran lebih banyak dari biasanya. Namun belum ada penelitian lebih lanjut apakah hal tersebut diakibatkan oleh Covid-19 subvarian Arcturus atau hal lainnya. Sedangkan gejala lainnya masih sama seperti batuk, demam, dan flu.
Sebelumnya di India terdapat lonjakan kasus Covid-19 yang diakibatkan oleh infeksi subvarian Arcturus sebanyak 6.155 kasus baru dalam 24 jam dengan jumlah total kasus aktif sebanyak 31.194 kasus per Sabtu (8/4/2023). Dicky mengatakan risiko penularan Covid-19 subvarian Arcturus dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi kepada seluruh masyarakat sehingga akan timbul herd immunity (kekebalan kolektif) yang lebih baik.
"Modal imunitas masyarakat itu baik supaya virus harus menghadapi benteng beberapa lapis sebelum masuk sampai ke komunitas rentan seperti anak-anak, lansia, dan ibu hamil," kata dr Dicky.
Dia mengingatkan agar tetap menjaga protokol kesehatan meski PPKM telah dicabut, namun protokol kesehatan seperti mencuci tangan, memakai masker, serta tidak berkerumun juga harus menjadi perilaku baru bagi masyarakat.