Senin 10 Apr 2023 17:06 WIB

AS Temukan 70 Kasus Infeksi Bakteri Resisten Obat Terkait Eyedrops Impor India

Obat tetes mata penyebab infeksi bakteri Pseudomonas aeruginosa diproduksi di India.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
EzriCare Artificial Tears, obat tetes mata yang menjadi penyebab wabah infeksi bakteri resisten obat di Amerika Serikat.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengungkapkan bakteri mematikan terkait obat tetes mata (eyedrops) yang menyebabkan infeksi dan kebutaan belum pernah terlihat di AS hingga tahun 2022. Namun, kini telah menginfeksi puluhan atau orang dan menewaskan tiga orang.

Meskipun botol yang terkontaminasi telah dikeluarkan dari toko dan fasilitas perawatan kesehatan, CDC memprediksi banyak kasus yang teridentifikasi. Hal yang paling dikhawatirkan oleh para ahli penyakit menular adalah cara bakteri Pseudomonas aeruginosa telah berevolusi sedemikian rupa sehingga kebal terhadap hampir semua perawatan yang tersedia.

Baca Juga

Hingga Jumat (15/4/2023), CDC telah mengidentifikasi 68 kasus strain baru Pseudomonas aeruginosa di 16 negara bagian. Investigasi masih berlangsung dan agensi harus menunggu negara melaporkan kasus lain.

Lebih dari separuh kasus ditemukan di fasilitas perawatan kesehatan jangka panjang. Hampir semuanya terkait dengan obat tetes mata yang terkontaminasi yang diimpor dari India.

"Pseudomonas aeruginosa telah ada selama bertahun-tahun. Pada tahun 2020, diperkirakan ada 28.800 kasus resistan obat di rumah sakit di AS," ujar seorang penyelidik CDC yang tidak berwenang, seperti dilansir laman NBC News, Senin (10/4/2023).

Sementara itu, infeksi baru memperlihatkan bentuk yang belum pernah dilaporkan sebelumnya di AS, Pseudomonas aeruginosa yang resisten terhadap karbapenem dengan metallo-β-laktamase yang dimediasi integron Verona dan spektrum-panjang-β-laktamase Guiana. Nama panjangnya pada dasarnya menunjukkan cara gennya berubah menjadi lebih kebal obat dari waktu ke waktu.

"Ini asli Pseudomonas," ujar dr Robert Bonomo, seorang profesor kedokteran di Case Western Reserve University di Cleveland, AS yang telah mempelajari berbagai bakteri yang resistan terhadap obat sejak 1990.

Investigasi CDC mengungkapkan bahwa infeksi yang terkait dengan obat tetes mata dapat diobati hanya dengan satu antibiotik yang dikenal, yang disebut cefiderocol. Tidak ada yang baru tentang cara bakteri bermutasi membahayakan tubuh, tetapi resistensi obat itulah yang membuat mereka sangat berbahaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement