Selasa 11 Apr 2023 03:18 WIB

Jangan Bungkuk, Ini Pentingnya Jaga Postur Tubuh untuk Kesehatan Tulang

Penyakit pada tulang ditandai dengan kram otot yang dirasakan di tulang belakang.

Posisi duduk yang benar mempengaruhi kondisi kesehatan Anda.  Apabila harus bekerja cukup lama di depan laptop atau handphone, maka penting untuk mengatur posisi duduk, dan memerhatikan penempatan meja kursi dengan baik.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Posisi duduk yang benar mempengaruhi kondisi kesehatan Anda. Apabila harus bekerja cukup lama di depan laptop atau handphone, maka penting untuk mengatur posisi duduk, dan memerhatikan penempatan meja kursi dengan baik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Dokter spesialis ortopedi dan traumatologi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati dr Ahmad Nugroho Sp.OT menyampaikan pentingnya menjaga postur tubuh saat bekerja untuk menjaga kesehatan tulang.

"Penting bagi kita untuk menjaga postur tubuh dengan tidak melakukan kebiasaan buruk yang dilakukan secara terus-menerus. Apabila harus bekerja cukup lama di depan laptop atau handphone, maka penting untuk mengatur posisi duduk, dan memerhatikan penempatan meja kursi dengan baik," kata Ahmad pada diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Baca Juga

Ahmad mengatakan, perubahan tulang memang tidak bisa terjadi serta-merta, umumnya terjadi cukup lambat setelah melakukan kondisi tertentu. Biasanya, penyakit pada tulang ditandai dengan kram otot yang dirasakan di tulang belakang.

"Efeknya memang jangka panjang, untuk itu yang bisa kita lakukan agar tulang tetap sehat dan tidak bengkok, yaitu memperbaiki keadaan postural. Jika berkaitan dengan pekerjaan, misal kondisi meja rendah, kursinya tidak baik, lebih baik masyarakat sendiri yang mengantisipasi, yaitu dengan memperbaiki tempat kerja," kata Ahmad.

Dia juga menjelaskan mengapa pasien yang mengalami patah tulang butuh proses lama untuk sembuh. "Memang butuh proses dan waktu untuk sembuh agar tulang bisa kembali ke kekuatan aslinya, minimal mendekati pada kondisi sebelum patah. Kondisi ini juga tergantung usia, kalau anak-anak prosesnya bisa cepat dan biasanya sangat bagus, sebaliknya kalau orang tua akan butuh waktu yang lebih lama," kata Ahmad.

Begitu juga mengenai faktor risiko yang bisa menghambat penyembuhan tulang, misalnya kebiasaan merokok, adanya penyakit bawaan seperti kencing manis, atau apabila terjadi penyusutan di daerah pembuluh darah kecil pada tulang.

Normalnya, tulang bisa tersambung kembali dalam waktu dua sampai tiga bulan, tetapi belum kembali ke kekuatan aslinya. Butuh waktu lebih dari tiga bulan sampai tulang mengalami pengerasan dan kembali ke kekuatan semula. Untuk itu, pasien patah tulang perlu melakukan kontrol berkala sampai tulang benar-benar tersambung.

Dokter ortopedi juga akan melihat kondisi pasien secara holistik atau menyeluruh, dan mencari cara bagaimana agar pasien secepat mungkin bisa bekerja.

"Pasien yang patah tulang bisa tetap beraktivitas tetapi dengan batasan-batasan, misalnya kaki patah bisa menggunakan tongkat, dan apabila patah di tangan, maka aktivitas tangan juga dikurangi dengan tidak menahan beban berat," kata Ahmad.

Menurut dia, pasien patah tulang biasanya tidak ada pantangan makanan tertentu, karena yang terpenting adalah makan sebaik mungkin dan utamakan yang mengandung banyak protein.

"Tubuh kita itu secara otomatis selalu berusaha untuk regenerasi, jika mengalami patah tulang mungkin bisa ditambah mengonsumsi vitamin D untuk bahan baku penyembuhan tulang," kata Ahmad.

Ia berpesan agar pasien tidak menghindar atau takut ke dokter hanya karena takut dioperasi.

"Pasien itu berhak menentukan mau dioperasi atau tidak. Ketika pasien tidak mau dioperasi, maka dokter bisa berpikir keras bagaimana agar pasien tetap bisa mendapatkan pengobatan selain operasi, dan memberikan saran yang terbaik terkait patah tulang agar saat kembali beraktivitas tidak terjadi kecacatan," kata Ahmad.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement