Sabtu 08 Apr 2023 15:42 WIB

Perubahan Mood Ekstrem Jangan Dianggap Remeh, Bisa Jadi Tanda Bipolar

Pengidap bipolar kerap mengalami perubahan suasana hati ekstrem.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Bipolar (ilustrasi). Ada beberapa tanda yang menunjukkan seseorang mungkin mengalami bipolar.
Foto: www.freepik.com
Bipolar (ilustrasi). Ada beberapa tanda yang menunjukkan seseorang mungkin mengalami bipolar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perubahan suasana hati merupakan hal yang wajar terjadi dan dialami banyak orang. Akan tetapi, jika pergantian emosi mulai terasa berlebihan, para ahli menyarankan untuk mencermati kondisi tersebut. Pasalnya, itu bisa menjadi tanda dari gangguan bipolar.

Bipolar tercatat memengaruhi 1,3 juta orang di Inggris dan tujuh juta orang di Amerika Serikat. Pengidapnya kerap mengalami perubahan suasana hati ekstrem yang tidak dapat diatasi dengan perubahan kecil, seperti perbaikan rutinitas tidur atau pola makan.

Baca Juga

Kondisi kesehatan mental yang dulu dikenal dengan sebutan manik depresi itu bisa ditandai dengan suasana hati yang berubah secara ekstrem. Mood atau suasana hati yang dirasakan seseorang bisa beralih dari posisi yang tertinggi menjadi posisi terendah.

Profesor psikiatri emeritus dari University of Oxford, Guy Goodwin, menjelaskan bahwa suasana hati yang tinggi dapat membuat pasien sangat aktif, kurang tidur, dan merasa terlalu percaya diri. Apabila suasana hati demikian semakin meningkat, bisa mengarah pada mania.

 

"Perilaku mereka bisa menjadi lebih berisiko dan mereka bisa 'kehilangan kontak' dengan kenyataan," ujar Goodwin, dikutip dari laman Mirror, Sabtu (8/4/2023).

Sebaliknya, saat suasana hati pasien ada di posisi paling rendah, mereka mungkin merasa sedih, gelisah, tidak tertarik pada hal-hal yang biasanya disukai, dan terkadang ingin bunuh diri. Karena itu, jika mengalami gejala yang mengarah ke gangguan bipolar, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk diagnosis.

"Jika seseorang dengan bipolar mengalami suasana hati yang rendah, mereka dapat mengalami depresi berat, di mana mereka tidak dapat berfungsi dan mungkin berulang kali berpikir untuk bunuh diri," ujar Goodwin.

Tentu saja, sebagian besar orang dalam kondisi normal akan mengalami hari-hari di mana mereka merasa gembira, dan hari-hari di mana mereka merasa sedih. Akan tetapi, pengidap bipolar bisa mengalami perasaan itu selama berpekan-pekan.

Goodwin menjelaskan, episode depresi dan mania merupakan hal yang kerap dijumpai pada pengidap gangguan bipolar. Episode depresi yang dialami pengidap bipolar bisa bervariasi, mulai dari dua pekan, hingga berlangsung berbulan-bulan. Sementara, episode mania bisa bertahan sekitar satu pekan.

Bagi kebanyakan orang, perubahan suasana hati tidak akan mengimbas kehidupan normal. Namun, pengidap bipolar cenderung mengalami lebih banyak gangguan, dan itu berdampak ke aktivitas harian. Orang dengan bipolar seringnya tidak memiliki kontrol kognitif penuh ketika mengalami perubahan suasana hati.

"Mereka akhirnya melakukan hal-hal yang biasanya tidak dilakukan, kemudian menyesal. Perilaku ini bisa sangat mengganggu, misalnya, mereka mungkin kehilangan pekerjaan jika depresi, atau mengambil risiko impulsif yang dinilai buruk jika mengalami mania," kata Goodwin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement