Kamis 06 Apr 2023 16:19 WIB

7 Alasan Pengobatan Ida Dayak Memikat Bagi Masyarakat Menurut Pengamat Sosial

Masyarakat berduyun-duyun antre untuk mencoba pengobatan alternatif Ida Dayak.

Sejumlah warga menunggu untuk mendapatkan pengobatan tradisional di Area Kostrad, Cilodong, Depok, Jawa Barat, Senin (3/4/2023). Para warga antusias mendatangi dan rela mengantre berjam-jam untuk mendapatkan pengobatan tradisional Ida Andriani alias Ida Dayak bahkan ada yang sudah datang dari Subuh. Pengobatan Ida Dayak mendapat banyak perhatian karena dinilai mampu mengobati berbagai penyakit dengan caranya tersendiri. Videonya sedang mengobati pasiennya juga telah banyak beredar di media sosial.
Foto: Republika/Prayogi.
Sejumlah warga menunggu untuk mendapatkan pengobatan tradisional di Area Kostrad, Cilodong, Depok, Jawa Barat, Senin (3/4/2023). Para warga antusias mendatangi dan rela mengantre berjam-jam untuk mendapatkan pengobatan tradisional Ida Andriani alias Ida Dayak bahkan ada yang sudah datang dari Subuh. Pengobatan Ida Dayak mendapat banyak perhatian karena dinilai mampu mengobati berbagai penyakit dengan caranya tersendiri. Videonya sedang mengobati pasiennya juga telah banyak beredar di media sosial.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pengamat Sosial Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati menjelaskan alasan pengobatan alternatif Ida Dayak menjadi viral. Masyarakat pun banyak yang terpikat olehnya.

"Hasil dari berbagai riset, sedikitnya ada tujuh alasan orang menggunakan pendekatan pengobatan alternatif," kata Devie Rahmawati di Depok, Jawa Barat, Kamis (6/4/2023).

Baca Juga

Pertama, masyarakat merasa optimis. Devie menyebut, orang sakit tentunya ingin sembuh segera. Apalagi, kesehatan ialah harta utama kehidupan. Oleh karenanya, alternatif menjadi jalan optimisme mencari kesembuhan.

Kedua, geografis. Masyarakat di wilayah tertentu terkendala akses untuk ke fasilitas kesehatan. Kalaupun tersedia, masih belum sempurna fasilitas dan Sumber Daya Manusia (SDM) petugas kesehatannya.

Ketiga, historis. Pendekatan alternatif, menurut Devie, sesuatu yang dekat dengan tradisi Indonesia. Karena tidak asing, maka masyarakat juga percaya ini menjadi alternatif kesembuhan.

Keempat, lanjut Devie, ekonomis. Pengobatan alternatif biasanya tidak dikenakan biaya atau paling tidak pasien dapat membayar sesuai kemampuan atau gratis.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement