REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam hal mengasuh anak, kekuatan ucapan dari orang tua tidak dapat diremehkan. Pemilihan kalimat yang diucapkan orang tua dapat menyemangati dan menginspirasi, atau sebaliknya, membuat anak sakit hati dan putus asa.
Bahasa yang digunakan orang tua bisa merekatkan atau justru menjauhkan anak-anak. Oleh karena itu, penting memilih ucapan dengan hati-hati dan menghindari mengatakan hal-hal yang dapat menyakiti atau merusak harga diri anak.
Ada ungkapan atau pernyataan tertentu yang harus dihindari dengan cara apa pun untuk disampaikan kepada anak-anak. Frasa ini bisa berbahaya dan berpotensi menyebabkan kerusakan emosional jangka panjang.
Psikolog dan pakar pengasuhan anak, Jazmine, menyarankan beberapa hal utama yang tidak boleh dikatakan orang tua atau pengasuh kepada anak. Dia membagikannya dalam postingan Instagram terbaru, seperti dikutip dari laman Hindustan Times, Kamis (16/3/2023):
1. "Kamu membuatku marah!”
Dalam hal berbagi perasaan dengan anak, yang terbaik adalah mengambil tanggung jawab dibandingkan menyalahkan mereka atas perasaan orang tua. Tentu tindakan anak memengaruhi pikiran dan perasaan orang tua, tetapi anak tidak bisa disalahkan. Ketika menyalahkan orang lain atas perasaan diri, kita segera melepaskan kekuatan dengan sikap defensif.
Alih-alih berkata, "Kamu membuatku marah", cobalah mengatakan sesuatu seperti, "Kita sedang mengalami masa sulit sekarang".
Sadari diri mulai merasa marah. Ungkapkan kalau kita butuh menenangkan diri terlebih dulu. Mencontohkan cara melabeli emosi dan cara mengelola perasaan akan membantu mengajarkan pengaturan emosi dan membangun kepercayaan pada anak.
2. "Kamu bodoh"
Cara orang tua berbicara dengan anak-anak akan menjadi suara hati mereka. Jika orang tua memberi tahu bahwa anak bodoh, mereka akan mempercayainya. Di saat amarah mencuat, pilihlah kalimat dengan sangat hati-hati. Anak-anak tidak melupakan kalimat yang orang tua katakan ketika marah.
3. "Kenapa tidak bisa lebih seperti kakak/adikmu?”
Orang tua mungkin mengatakan hal-hal seperti ini dalam upaya memotivasi anak untuk membuat pilihan yang berbeda. Akan tetapi membuat perbandingan antara saudara kandung, justru hanya akan memicu persaingan saudara kandung dan harga diri yang rendah. Anak-anak mulai membuat pilihan yang lebih baik ketika mereka merasa lebih baik tentang diri sendiri dan posisi dalam keluarga.
4. "Berhenti bicara padaku. Pergi!"
Cukup wajar untuk menutup diri dan ingin semua orang meninggalkan Anda sendirian saat merasa kewalahan dengan mengasuh anak. Namun, mengambil waktu sendiri tampaknya lebih baik, dibandingkan memaksa anak untuk pergi.
Orang tua bisa mengatakan kalimat seperti, "Ibu/ayah sedang kewalahan sekarang dan membutuhkan waktu. Saya akan mengambil air. Ibu/ayah akan kembali”. Jangan lupa meluangkan waktu untuk berdiskusi setelah semua orang tenang.
5. "Mengapa kamu begitu sulit? Ada apa denganmu?"
Ketika perilaku anak mulai membuat Anda kewalahan, mundur selangkah dan fokus pada pemecahan masalah. Alih-alih mengajukan pertanyaan yang membuat mereka kecewa, sebaiknya tanyakan, "Bagaimana kita bisa bekerja sama? Apa yang perlu kita lakukan untuk menyelesaikan masalah ini?"
Jika sebagai orang tua tidak mampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah secara aktif, Anda telah menjadi bagian dari masalah. Cobalah untuk memfokuskan energi pada pemecahan masalah daripada menyalahkan dan mengkritik.