Ahad 05 Mar 2023 00:40 WIB

Tak Dapat Bimbingan Karier yang Baik Saat Remaja, Orang Dewasa Banyak yang Menyesal

Sebagian orang merasa terjebak di karier yang sedang dijalani.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Perempuan menjalani wawancara saat melamar pekerjaan (ilustrasi). Sebagian orang dewasa berharap mendapat bimbingan karier yang lebih baik selama masa remaja.
Foto: Republika/Prayogi
Perempuan menjalani wawancara saat melamar pekerjaan (ilustrasi). Sebagian orang dewasa berharap mendapat bimbingan karier yang lebih baik selama masa remaja.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menentukan pilihan karier bisa menjadi proses yang membingungkan bagi sebagian orang. Tidak sedikit orang yang masih menyimpan harapan untuk mencapai pekerjaan impian dan belum puas terhadap karier yang dimiliki saat ini.

Menurut sebuah studi, sebagian orang dewasa berharap mendapat bimbingan karier yang lebih baik selama masa remaja. Mereka berpendapat bisa memiliki pekerjaan impian yang diidam-idamkan jika dahulu mendapat nasihat dan pendampingan seputar kehidupan kerja.

Studi melibatkan 2.000 orang tua yang sudah memiliki anak berusia 11-18 tahun yang bersekolah di sekolah tanpa biaya. Sekitar 69 persen orang dewasa itu berharap dulu memiliki percakapan yang lebih rutin dengan orang tua mereka sendiri tentang pilihan pekerjaan di masa depan.

Sebanyak 37 persen responden pun mengakui bahwa mereka saat ini terjebak di karier yang sedang dijalani. Mereka berharap dulu punya arahan untuk mencapai mimpi sehingga berani berpetualang di luar zona nyaman serta melakukan apa yang "benar" dalam hidupnya.

Karena pengalaman itu, sebanyak 84 persen orang tua yang terlibat studi sekarang secara aktif mencari cara untuk membimbing anak-anak terkait pilihan karier di masa depan. Sebanyak 32 persen responden percaya kepuasan kerja lebih penting daripada uang.

Penelitian tersebut juga menemukan 64 persen orang tua berpikir sulit bagi remaja untuk mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencari nafkah. Sekitar 75 persen responden berpendapat alasannya adalah usia muda dan belum memiliki pengalaman hidup yang cukup.

Sementara itu, 70 persen responden berpikir alasannya adalah pasar kerja berubah begitu cepat. Kondisi itu membuat cukup sulit untuk mengetahui cara terbaik untuk menasihati anak-anak mereka tentang pilihan karier dan pendidikan lanjutan.

Ada juga 41 persen responden yang merasa kewalahan dengan banyaknya pilihan yang tersedia. Sejumlah 59 persen orang tua khawatir memberikan nasihat yang salah kepada anak, dan 42 persen tidak ingin anak mengikuti jejak mereka dengan pekerjaan yang dijalani.

Saat memilih jalur karier, 56 persen orang tua khawatir anak mereka akan berakhir di pekerjaan yang tidak mereka nikmati. Sementara, 42 persen orang tua takut anak tidak akan mendapatkan cukup uang untuk mandiri secara finansial.

Sekitar 45 persen orang tua percaya bahwa lebih sulit bagi generasi muda untuk memilih jalur karier daripada generasi orang tuanya. Sebanyak 83 persen responden berpikir anak mereka harus secara teratur meninjau aspirasi karier mereka saat melanjutkan sekolah agar itu mencerminkan keterampilan, minat, dan pengalaman yang berkembang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement