Senin 27 Feb 2023 04:10 WIB

Risiko Kematian Akibat Obesitas Ternyata Jauh Lebih Tinggi dari yang Diketahui Sebelumnya

Obesitas telah lama diketahui sebagai faktor risiko beberapa kondisi kesehatan.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Obesitas telah menjadi masalah di berbagai belahan dunia. Risiko kematian terkait obesitas ternyata jauh lebih tinggi daripada yang telah diungkap studi sebelumnya.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian baru telah menemukan bahwa hingga 24 persen dari semua kematian orang dewasa di AS disebabkan oleh indeks massa tubuh yang tinggi (BMI). Kelebihan berat badan atau obesitas telah lama diketahui sebagai faktor risiko untuk beberapa kondisi kesehatan.

Kondisi berat badan berlebih telah dikaitkan dengan diabetes tipe 2, penyakit jantung, bahkan kanker. Namun, sebuah studi baru menunjukkan bahwa kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko kematian antara 22 hingga 91 persen secara signifikan, melebihi tingkat dari yang diyakini sebelumnya.

Baca Juga

Penelitian oleh University of Colorado di AS itu juga menyimpulkan bahwa risiko kematian ini cukup tinggi. Diterbitkan dalam Journal Population Studies, temuan ini bertentangan dengan keyakinan sebelumnya terkait obesitas bisa meningkatkan risiko kematian hanya dalam kasus-kasus ekstrem.

Penulis studi dan profesor sosiologi di Cu Boulder, Ryan Masters, mengatakan studi yang ada sebelumnya kemungkinan besar mengenyampingkan faktor konsekuensi kematian dari tinggal di negara dengan mudahnya akses ke makanan murah dan tidak sehat. Apalagi jika gaya hidup sedenter telah menjadi kebiasaan di sana.

Menurut Masters, studi ini dan yang lainnya mulai mengekspos tingginya krisis kesehatan masyarakat tersebut. Berbagai penelitian sebelumnya memang telah menunjukkan bahwa penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan diabetes (yang sering dikaitkan dengan obesitas) meningkatkan risiko kematian.

Hanya saja, sangat sedikit yang menunjukkan bahwa kelompok dengan indeks massa tubuh lebih tinggi (BMI) memiliki tingkat kematian lebih tinggi. Umumnya, peningkatan BMI dianggap tidak meningkatkan risiko kematian sampai mencapai tingkat yang sangat tinggi.

"Sebelumnya juga berkembang paham bahwa ada beberapa manfaat positif dari kelebihan berat badan, tapi saya curiga terhadap klaim ini," kata Masters, seperti dikutip dari Indian Express, Ahad (26/2/2023).

Masters mencatat bahwa BMI, yang sering digunakan oleh dokter dan ilmuwan sebagai ukuran kesehatan, hanya didasarkan pada berat dan tinggi badan. Namun, BMI tidak menjelaskan perbedaan dalam komposisi tubuh atau berapa lama seseorang telah mengalami kelebihan berat badan.

Masters menjelaskan BMI adalah cerminan status pada suatu titik waktu. BMI tidak sepenuhnya menangkap semua nuansa serta ukuran berbeda yang membentuk tubuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement