Sabtu 18 Feb 2023 16:18 WIB

Studi: Covid Berikan Kekebalan Alami yang Tahan Lama

Peneliti meminta jangan sampai penelitian menghambat laju vaksinasi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Friska Yolandha
Vaksinator menyuntikkan vaksin Covid-19 dosis keempat ke warga di Yayasan Dana Sosial Priangan, Jalan Nana Rohana, Bandung Kulon, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Senin (13/2/2023). Individu yang pernah terinfeksi covid-19 setidaknya satu kali, diyakini memiliki kekebalan alami yang kuat dan tahan lama terhadap penyakit parah (rawat inap dan kematian) akibat varian baru corona.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Vaksinator menyuntikkan vaksin Covid-19 dosis keempat ke warga di Yayasan Dana Sosial Priangan, Jalan Nana Rohana, Bandung Kulon, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Senin (13/2/2023). Individu yang pernah terinfeksi covid-19 setidaknya satu kali, diyakini memiliki kekebalan alami yang kuat dan tahan lama terhadap penyakit parah (rawat inap dan kematian) akibat varian baru corona.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Individu yang pernah terinfeksi covid-19 setidaknya satu kali, diyakini memiliki kekebalan alami yang kuat dan tahan lama terhadap penyakit parah (rawat inap dan kematian) akibat varian baru corona. Hal ini mengacu pada tinjauan dan meta-analysis terbesar yang diterbitkan di jurnal The Lancet.

Tinjauan dan meta-analisis ini mencakup 65 studi dari 19 negara. Peneliti mengatakan, mereka yang sebelumnya terinfeksi covid-19, risiko rawat inap atau kematiannya 88 persen lebih rendah selama setidaknya 10 bulan dibandingkan dengan mereka yang sebelumnya tidak terinfeksi.

Baca Juga

“Tapi jangan sampai studi ini menghambat vaksinasi. Vaksin adalah cara teraman untuk mendapat kekebalan,” kata penulis utama studi, Dr Stephen Lim dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) University of Washington seperti dilansir dari Times Now News, Sabtu (18/2/2023).  

Analisis tersebut juga menunjukkan bahwa tingkat dan durasi kekebalan alami dari infeksi terhadap infeksi ulang, penyakit bergejala, dan penyakit parah setidaknya sama dengan dua dosis vaksin mRNA. Ini terbukti saat varian berkembangnya varian Alpha, Delta, dan Omicron BA.1. Namun penelitian ini tidak menyertakan data tentang infeksi dari Omicron XBB dan sub-garis keturunannya.

“Meskipun sudah ada bukti kekebalan alami dari infeksi sebelumnya. Kekebalan alami harus dilihat juga risiko penyakit parah dan kematian yang terkait dengan infeksi awal,” jelas Lim.

Sementara itu, peneliti juga tetap mengimbau untuk melakukan vaksinasi. Itu dinilai penting guna melindungi populasi berisiko tinggi seperti mereka yang berusia di atas 60 tahun dan mereka yang memiliki penyakit penyerta.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement