REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian baru menawarkan lebih banyak bukti tentang efek gula yang berbahaya bagi kesehatan. Studi yang diterbitkan dalam jurnal BMC Medicine itu menemukan pola makan tinggi gula terkait dengan risiko penyakit kardiovaskular yang lebih besar.
Gula yang dimaksud adalah yang ditambahkan pada makanan olahan dan soda, serta yang ditemukan dalam jus buah kemasan dan sirup. Studi tersebut mengandalkan data tentang kebiasaan makan lebih dari 110 ribu orang berusia 37 hingga 73 tahun di Inggris Raya.
Kesehatan mereka dilacak selama sekitar sembilan tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa setiap peningkatan lima persen asupan energi total seseorang yang berasal dari "gula bebas" terkait dengan enam persen peningkatan risiko penyakit jantung dan 10 persen peningkatan risiko strok.
Salah satu penulis studi, Cody Watling, mengatakan bentuk gula yang paling umum dikonsumsi peserta studi adalah yang termuat di minuman berpengawet dan penganan. Itu termasuk gula dalam kue kering, kudapan manis, scone, jus buah, minuman berpemanis, dan hidangan penutup lain.
Watling mengatakan, gula alami pada buah dan sayuran utuh tidak dianggap sebagai "gula bebas" dan tak masuk dalam analisis. Dia bersama tim mengandalkan basis data Biobank Inggris yang mencakup berbagai penilaian diet peserta.
Para peneliti juga menganalisis asupan karbohidrat peserta, kemudian memecahnya lebih lanjut berdasarkan jenis karbohidrat untuk fokus pada gula bebas. Kemudian, penulis membandingkannya dengan kasus penyakit kardiovaskular pada peserta.
Peserta yang punya risiko tertinggi mengidap penyakit jantung atau strok mengonsumsi sekitar 95 gram gula bebas per hari. Itu sekitar 18 persen dari asupan energi harian. Padahal, pedoman kesehatan Amerika Serikat menyarankan konsumsi gula tambahan tidak lebih dari 10 persen dari kalori harian.