Jumat 10 Feb 2023 18:18 WIB

Psikolog Nilai Pilihan Childfree Bisa Saja Berubah

Pilihan childfree atau tidak memiliki anak bukanlah sesuatu yang ajek.

 Seorang perawat merawat bayi yang baru lahir di rumah sakit bersalin di Fuyang di provinsi Anhui, China tengah pada Selasa (17/1/2023). Psikolog klinis anak dan remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo memandang bahwa pasangan atau seseorang yang memilih untuk tidak mempunyai anak atau childfree juga bisa mengubah keputusan tersebut di masa depan.
Foto: Chinatopix via AP
Seorang perawat merawat bayi yang baru lahir di rumah sakit bersalin di Fuyang di provinsi Anhui, China tengah pada Selasa (17/1/2023). Psikolog klinis anak dan remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo memandang bahwa pasangan atau seseorang yang memilih untuk tidak mempunyai anak atau childfree juga bisa mengubah keputusan tersebut di masa depan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog klinis anak dan remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo memandang bahwa pasangan atau seseorang yang memilih untuk tidak mempunyai anak atau childfree juga bisa mengubah keputusan tersebut di masa depan. Perubahan keputusan itu dinilai wajar.

"Setiap pasangan punya alasan yang berbeda dari lainnya. Ada yang memutuskan secara permanen atau temporer, yang mana dia bisa saja berubah pada kemudian hari," kata psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPT UI) kepada Antara, Jumat (10/2/2023).

Baca Juga

Pilihan childfree atau tidak memiliki anak bukanlah sesuatu yang ajek. Latar belakang pengalaman hidup setiap individu juga dapat berkontribusi atas keputusan untuk memilih childfree, apakah alasan itu menyangkut kesehatan fisik, mental, dan sebagainya.

Menurut Vera, keputusan childfree juga dapat terkait dengan konsep kebahagiaan yang berbeda-beda setiap individu. "Ada yang bahagia dengan memiliki anak dan ada yang bahagia dengan tidak memiliki anak," kata Vera.

Wacana tentang childfree menjadi fenomena yang belakangan banyak dibicarakan warganet, menyusul pernyataan pemengaruh Gita Savitri yang secara terbuka memutuskan untuk childfree. Vera menilai fenomena itu dapat dijadikan momentum sebagai pengingat bagi orang tua untuk terus belajar tentang pengasuhan anak jika keputusan childfree terkait dengan pengalaman seseorang di masa kecil.

Sebelum seseorang memutuskan untuk memilih childfree, sebaiknya hal tersebut harus dibicarakan dan didiskusikan terlebih dahulu dengan pasangan serta pihak keluarga masing-masing. Dengan begitu, seluruh pihak dapat menemui kesepakatan terbaik.

Apalagi, keputusan untuk childfree masih dianggap tak biasa oleh kultur masyarakat Indonesia. Vera menilai hal itu juga harus disiapkan terlebih dahulu sebelum bulat memilih childfree.

"Kesiapan untuk menghadapi penilaian orang lain yang memiliki pemikiran berbeda karena childfree di Indonesia masih cenderung dianggap sebagai sesuatu di luar kebiasaan," kata Vera.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement