REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi sebagian orang, jus jeruk kemungkinan menjadi bagian tak terpisahkan dari menu sarapan. Kandungan tinggi antioksidan dan vitamin C dari buah jeruk memang bisa menawarkan banyak manfaat kesehatan.
Rupanya, jus jeruk bisa berdampak negatif pada sistem pencernaan. Faktor yang memengaruhi ialah waktu meminumnya.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Cell Metabolism mengungkapkan bahwa fruktosa, gula yang ditemukan dalam buah, diproses usus kecil. Organ yang memproses fruktosa bukan oleh lever, seperti yang dihipotesiskan sebelumnya.
"Tim peneliti dari Princeton University di AS menemukan bahwa minuman manis dan makanan tinggi gula olahan dapat memenuhi usus kecil hingga tumpah ke lever untuk diproses," kata peneliti, dikutip dari laman Express, Rabu (1/2/2023).
Meski begitu, tak perlu khawatir, sebab usus kecil mampu mengolah gula ini lebih baik setelah makan. Oleh karena itu, disarankan untuk mengonsumsi fruktosa setelah menyantap makanan sehat.
Studi terdahulu telah menunjukkan bahwa konsumsi gula yang berlebihan bisa berbahaya, terutama bagi lever. Dalam kasus yang parah, itu dapat menyebabkan obesitas, diabetes, dan penyakit hati berlemak yang bisa berakibat fatal.
Pemimpin studi Joshua D Rabinowitz menjelaskan dalam Science Daily bahwa ada perbedaan fisiologis yang mendasar dalam bagaimana jumlah gula yang lebih kecil dan lebih besar diproses dalam tubuh. Sebagai bagian dari penelitian, tim menganalisis cara tikus mencerna fruktosa dan glukosa.
Peneliti menemukan bahwa lebih dari 90 persen fruktosa dibersihkan oleh usus kecil hewan. Rabinowitz mengatakan ada beberapa jaminan, setidaknya dari penelitian hewan, bahwa fruktosa dari buah-buahan dalam jumlah sedang tidak akan mencapai lever.
Akan tetapi, usus kecil diperkirakan mulai "kewalahan" dengan gula dari sekaleng minuman soda atau segelas besar jus jeruk. Para peneliti mengamati bahwa kelebihan fruktosa yang tidak diserap oleh usus kecil terus berlanjut melalui usus ke dalam usus besar.
Akibatnya, fruktosa juga bersentuhan dengan flora makrobiotik alami dari usus dan usus besar yang dikenal sebagai mikrobioma. Padahal, mikrobioma dirancang untuk tidak pernah terpapar gula.