REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap sesuatu yang biasanya tidak berbahaya, seperti serbuk sari, makanan, obat-obatan, dan spora jamur.
Reaksi terhadap zat pemicu alergi atau alergen ini mengakibatkan pelepasan histamin dan zat kimia tubuh lain yang dapat menyebabkan gejala alergi.
Dietisien dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Luthfianti Diana Mauludiyah, menyampaikan orang yang alergi gluten berisiko mengalami gejala seperti gangguan saluran pencernaan jika mengonsumsi makanan yang mengandung gluten.
“Bisa menyebabkan nyeri perut, kembung, kolik, mual, atau konstipasi. Dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan penurunan berat badan, gangguan tumbuh kembang pada anak, dan anemia,” kata Luthfianti, Sabtu (11/10/2025).
Ia menjelaskan, gejala yang bisa muncul akibat alergi gluten mencakup perut kembung, nyeri perut, diare atau konstipasi, ruam merah dan gatal di kulit, berat badan sulit naik atau turun, mudah lelah, dan wajah pucat.
“Reaksi terhadap gluten dapat muncul beberapa jam setelah konsumsi atau bahkan beberapa hari setelah konsumsi,” katanya.
Diana menyampaikan gluten ditemukan dalam bahan makanan seperti jelai, gandum, dan rye (gandum hitam). Bahan-bahan tersebut biasanya digunakan untuk membuat roti, biskuit, mi, pasta, kue, dan sereal.
“Makanan yang mengandung tepung terigu atau bahan makanan yang menggunakan bahan pengental dari gandum,” ujarnya.
Menurut dia, diet bebas gluten direkomendasikan bagi pasien dengan celiac disease, penyakit autoimun yang terjadi pada orang yang intoleran terhadap gluten. Ketika orang dengan penyakit celiac mengonsumsi gluten, sistem kekebalan tubuhnya akan bereaksi terhadap gluten dan menyerang lapisan usus halus karena menganggap komponen protein dalam gluten sebagai zat berbahaya.