Ahad 22 Jan 2023 15:11 WIB

Jenis-Jenis Penyebab Bau pada Pasien Kanker Stadium Lanjut, Berbahaya Jika tak Diatasi

Pasien kanker stadium lanjut bisa mengeluarkan bau yang berasal dari superinfeksi.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Reiny Dwinanda
Pasien kanker paliatif (ilustrasi). Setiap pasien kanker paliatif yang menderita luka berbau dianjurkan untuk mencari pengobatan dari dokter.
Foto: www.freepik.com.
Pasien kanker paliatif (ilustrasi). Setiap pasien kanker paliatif yang menderita luka berbau dianjurkan untuk mencari pengobatan dari dokter.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasien kanker yang menerima perawatan paliatif umumnya menderita tumor yang telah menyebar di luar kendali pengobatan. Pada tahap ini, perawatan akhir berfokus untuk meringankan gejala yang mengusik pasien. Terkadang, perawat berjuang mengatasi bau tak sedap akibat superinfeksi dan cairan yang keluar.

Menurut Journal of Palliative Care, pasien kanker stadium akhir yang berbau busuk kerap kali menjadi tantangan bagi perawat. Apa pun penyebab kanker primer (tempat bertumbuhnya kanker), ada tiga sumber bau berbahaya dapat muncul, yakni, nekrosis, superinfeksi, dan keringat dan/atau keluar cairan, menurut jurnal tersebut.

Baca Juga

Pada nekrosis, bau yang dikeluarkan cenderung mencerminkan jaringan mati atau nekrotik atau bakteri di dalam luka. Itu semua dapat mengeluarkan bau yang sama seperti daging busuk atau buah busuk.

Untuk mencegah infeksi lebih lanjut, para ahli menyarankan siapa saja yang memiliki bau tak sedap yang berasal dari luka terbuka untuk mencari perawatan medis dari dokter. Dalam kebanyakan kasus, antibiotik sudah cukup untuk membersihkan infeksi.

Namun, tindakan yang lebih ketat dapat diperlukan untuk mengangkat jaringan mati dari area yang terkena. Pada kanker, superinfeksi umumnya didefinisikan sebagai infeksi yang terjadi selama pemberian antibiotik atau dalam waktu sepekan setelah penghentian terapi antibiotik.

Sebagai tindakan pencegahan, setiap pasien yang menderita luka berbau dianjurkan untuk mencari pengobatan dari dokter.  Meskipun gejala ini terjadi pada semua jenis kanker, gejala yang paling mungkin muncul pada epidermis adalah kanker kulit.

Tahi lalat yang terinfeksi bisa saja muncul dalam bentuk yang parah, seperti melanoma. Melanoma metastatik sering menyebar secara internal ke organ. Namun, beberapa kasus memiliki jaringan yang terinfeksi yang menyerupai infeksi jamur.

Pada tahap awal, tanda kanker kulit yang paling sering ditemui berubah menjadi bintik dan tahi lalat yang sudah ada atau muncul yang baru. Tahi lalat dan bintik-bintik mengandung sel yang dikenal sebagai melanosit yang bertanggung jawab untuk memproduksi area melanin.

Ketika melanosit rusak, mereka berubah menjadi sel kanker yang dapat menghasilkan tanda-tanda aneh seperti pendarahan. Sebanyak 70 persen melanoma muncul dari tahi lalat baru.

"Oleh karena itu, penting untuk selalu waspada dan memeriksa tahi lalat secara teratur, termasuk yang berubah atau tidak normal," kata dr Ross Perry dari Cosmedics, dilansir Express, Sabtu (21/1/2023).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement