Kamis 19 Jan 2023 19:15 WIB

Petenis Legendaris Chris Evert Terbebas dari Kanker Berkat 'Peninggalan' Adiknya

Kanker ovarium Chris Evert terdeteksi di stadium dini.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Mantan juara tunggal Wimbledon Chris Evert melambai saat dia tiba untuk perayaan 100 tahun Centre Court pada hari ketujuh kejuaraan tenis Wimbledon di London, Ahad, 3 Juli 2022. Chris merupakan penyintas kanker ovarium.
Foto: AP/Kirsty Wigglesworth
Mantan juara tunggal Wimbledon Chris Evert melambai saat dia tiba untuk perayaan 100 tahun Centre Court pada hari ketujuh kejuaraan tenis Wimbledon di London, Ahad, 3 Juli 2022. Chris merupakan penyintas kanker ovarium.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petenis legendaris Chris Evert berhasil sembuh dari kanker ovarium berkat sebuah peninggalan dari adiknya, Jeanne, yang menutup usia pada 2020 akibat penyakit serupa. Peninggalan dari Jeanne tersebut adalah informasi genetik terkait gen BRCA.

Orang dengan gen BRCA yang bermutasi memiliki risiko 45-85 persen lebih tinggi untuk terkena kanker payudara dan risiko 10-46 persen lebih tinggi untuk mengalami kanker ovarium. Semasa hidup, Jeanne pernah menjalani tes gen BRCA dan mendapatkan hasil negatif. Artinya, Jeanne tak memiliki gen BRCA yang bermutasi.

Baca Juga

"Jeanne tidak BRCA positif," ujar Chris, seperti dikutip dari laman Today, Rabu (18/1/2023).

Akan tetapi, hasil tes menunjukkan bahwa Jeanne memiliki varian BRCA1 yang signifikansinya belum jelas. Berdasarkan temuan ini, saudara-saudara Jeanne dinilai tak perlu melakukan tes genetik.

"Namun, semua berubah pada November. Saya mendapatkan telepon yang menyatakan bahwa mereka mengklasifikasi ulang varian BRCA yang dimiliki (Jeanne)," ujar Chris.

Menurut temuan terbaru, signifikansi dari varian BRCA1 miliki Jeanne terbukti sangat patogenik atau berpotensi memicu penyakit. Berdasarkan temuan terbaru inilah, Chris disarankan untuk menjalani tes genetik.

Dari tes tersebut, diketahui bahwa Chris juga memiliki varian BRCA1 yang sama seperti Jeanne. Selain itu, laporan patologi menunjukkan adanya sel-sel ganas dan sebuah tumor pada tuba falopi kirinya.

Bila serangkaian tes dan pemeriksaan tersebut tak dilakukan, ada kemungkinan kanker ovarium yang diidap Chris baru akan terdeteksi setelah memasuki stadium tiga. Kabar baiknya, kanker ovarium Chris ditemukan saat masih sangat dini, yaitu pada stadium satu.

"Berkat informasi genetik yang ditinggalkan adik perempuan saya dan kemajuan sains, kanker saya bisa ditemukan cukup dini sehingga (dokter) bisa melakukan sesuatu untuk menanganinya," ujar Chris.

Sesaat setelah terdiagnosis dengan kanker ovarium, Chris segera menjalani kemoterapi sebanyak enam siklus. Berkat diagnosis dan pengobatan yang lebih cepat, Chris kini telah terbebas dari kanker ovarium.

"Ada 90 persen peluang kanker ovarium ini tak akan kambuh," kata Chris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement