REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anda mungkin pernah mendengar cerita tentang orang yang tampaknya sehat kemudian meninggal mendadak pada usia relatif muda tanpa peringatan. Kematian mendadak jarang terjadi, namun menurut salah satu makalah penelitian hal itu cukup memungkinkan terjadi.
Di luar akibat dari bunuh diri, kecelakaan, dan cedera yang tidak terduga; sebagian besar kematian mendadak adalah dampak dari beberapa jenis penyakit kardiovaskular yang sebelumnya tidak terdiagnosis. Berikut adalah lima penyebab kematian mendadak yang berhubungan dengan kesehatan seperti dilansir laman Eat This Not That, Selasa (17/1/2023):
1. Kematian jantung mendadak
Para peneliti mendefinisikan kematian jantung mendadak sebagai yang terjadi dalam waktu satu jam setelah timbulnya gejala, yang disebabkan oleh penyebab kardiovaskular. Penyakit arteri koroner yang mendasari adalah penyebab paling umum dari kematian tersebut, yang terjadi ketika jantung tiba-tiba berhenti berdetak.
Penyebab paling umum terkait dengan masalah gaya hidup, termasuk obesitas dan penyalahgunaan alkohol. Tetapi beberapa kematian terjadi pada orang yang tampaknya sehat tanpa gejala sebelumnya.
2. Aritmia
Aritmia fatal, di mana jantung berhenti berdetak secara normal, adalah penyebab paling umum kematian jantung mendadak pada pasien di bawah 35 tahun. Pada anak-anak, hal itu dapat terjadi akibat kelainan bawaan. Sementara pada pasien yang lebih tua, itu mungkin akibat dari penyakit, kelainan jantung atau sindrom yang tidak terdiagnosis.
3. Keracunan atau overdosis
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menjelaskan sebagian besar kematian di antara orang berusia 20 hingga 24 tahun yang termasuk dalam kategori cedera yang tidak disengaja diakibatkan oleh keracunan yang berkaitan dengan obat-obatan, termasuk narkotika. Secara lebih gamblang, kaum muda berisiko meninggal mendadak karena overdosis obat. Itu menjadi lebih jelas karena fentanil obat yang sangat mematikan telah menjadi lebih umum dalam zat terlarang yang digunakan oleh pecandu.
4. Masalah otak
Kematian akibat apa yang disebut kecelakaan serebrovaskular terjadi ketika aliran darah ke bagian otak berhenti karena pecah atau tersumbatnya pembuluh darah. Kematian juga dapat terjadi secara tiba-tiba dari perdarahan intrakranial, baik akibat trauma atau dari kondisi yang mendasarinya seperti aneurisma, yang menyebabkan stroke.
Seseorang yang berisiko mengalami pecahnya aneurisma mungkin tidak menunjukkan gejala sebelum pecahnya. Orang lain mungkin mengalami sakit kepala, masalah mental, atau gejala neurologis lainnya.
5. Emboli paru
Ini terjadi ketika gumpalan menyumbat pembuluh darah di paru-paru dan menyumbat aliran darah. Jika gumpalannya besar, dapat menyebabkan sistem kardiovaskular mati. Gumpalan dapat bermigrasi dari tempat lain di tubuh, seperti kaki. Ini adalah salah satu risiko perjalanan udara jarak jauh, di mana gumpalan dapat terbentuk di ekstremitas bawah, yang disebut trombosis vena dalam.
Dokter menyarankan untuk memakai kaus kaki kompresi selama penerbangan lebih dari empat jam, atau bergerak selama penerbangan agar darah mengalir. Tanyakan kepada dokter bagaimana mencegahnya sebelum Anda terbang.
Gejala emboli paru termasuk kesulitan bernapas, detak jantung cepat atau tidak teratur, nyeri dada, kecemasan, batuk darah, pusing atau pingsan. Tetapi emboli paru dapat terjadi pada orang yang tidak menunjukkan gejala sebelumnya. Kematian adalah satu-satunya gejala pada sekitar seperempat kasus.