REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presenter Indra Bekti saat ini masih menjalani perawatan di RS Abdi Waluyo Jakarta Pusat setelah didiagnosis pendarahan otak. Pria berusia 45 tahun tersebut sempat mengeluhkan sakit kepala sebelum akhirnya kolaps pada Rabu (29/12/2022).
Lantas apa itu pendarahan otak, dan apa saja penyebab serta gejalanya? Dilansir dari Medical News Today, Kamis (29/12/2022), pendarahan otak dikenal sebagai perdarahan intrakranial yang merupakan keadaan darurat medis sehingga perlu mendapat perawatan segera. Tengkorak manusia mengelilingi otak, dan darah yang bocor akibat pendarahan bisa memicu kompresi dan kerusakan pada jaringan otak.
Jika pembuluh darah di otak bocor atau pecah dan menyebabkan pendarahan, maka akan terjadi stroke hemoragik. Kompresi akibat pendarahan yang berlebihan bisa sangat parah sehingga darah yang kaya oksigen tidak dapat mengalir ke jaringan otak. Kekurangan oksigen di otak dapat menyebabkan pembengkakan, atau edema serebral.
Darah yang terkumpul dari pendarahan juga dapat terkumpul menjadi massa yang dikenal sebagai hematoma. Tekanan ekstra ini dapat mencegah oksigen mencapai sel-sel otak, yang dapat mengakibatkan kematian.
Penyebab pendarahan otak sangat beragam, dan usia adalah faktor risiko utamanya. Faktor lain yang menyebabkan pendarahan otak meliputi trauma kepala atau cedera, aneurisma serebral atau tonjolan yang melemah di arteri otak, tekanan darah yang sangat tinggi, anomali pembuluh darah, kelainan darah atau perdarahan, penyakit hati, tumor otak, hingga konsumsi obat-obatan terlarang.
Efek dari pendarahan otak bervariasi dalam kelompok umur yang berbeda. Pendarahan otak paling mungkin terjadi pada kelompok dewasa yang lebih tua.
Meskipun bisa saja terjadi pada anak-anak yang memang memiliki kelainan pada pembuluh darah. Sementara pada bayi, pendarahan otak dapat terjadi karena cedera lahir atau trauma benda tumpul pada perut wanita saat hamil.
Beberapa pilihan pengobatan pendarahan otak bagi kelompok dewasa dan anak-anak tidak jauh beda. Perawatan pada anak-anak tergantung pada lokasi perdarahan serta tingkat keparahan kasusnya.
Pendarahan otak juga dapat menyebabkan berbagai gejala yang berbeda. Gejala-gejala ini mungkin termasuk sering kesemutan, lemas, mati rasa, atau kelumpuhan pada wajah, lengan, serta kaki. Ini kemungkinan terjadi pada satu sisi tubuh saja.
Gejala lain dari pendarahan otak termasuk sakit kepala yang dahsyat, kesulitan menelan, penglihatan bermasalah, kehilangan keseimbangan atau koordinasi, kebingungan atau sulit memahami sesuatu, kesulitan berbicara atau bicara cadel, stupor atau penurunan kesadaran, tidak sadarkan diri, dan kejang.
Sangat penting untuk mengenali gejala-gejala ini dengan cepat agar pengobatan dapat dimulai sesegera mungkin. Yang lebih parah, komplikasi sering timbul dari pendarahan otak. Pendarahan mencegah sel-sel saraf berkomunikasi dengan bagian lain dari tubuh dan melanjutkan fungsi normal. Masalah umum setelah pendarahan otak meliputi masalah gerakan, ucapan, atau ingatan.
Bergantung pada lokasi perdarahan dan kerusakan yang terjadi, beberapa komplikasi mungkin bersifat permanen termasuk kelumpuhan, mati rasa atau sebagian tubuh tak berdaya, sulit menelan, tidak bisa melihat, berkurangnya kemampuan untuk berbicara atau memahami kata-kata, kebingungan atau hilang ingatan, perubahan kepribadian atau masalah emosional.
Mendiagnosis pendarahan otak bisa jadi sulit karena beberapa orang tidak menunjukkan tanda-tanda fisik apa pun. Karenanya dokter perlu melakukan tes untuk menemukan lokasi pasti pendarahan di otak. Beberapa jenis pemeriksaan meliputi CT scan atau MRI, pungsi lumbal, maupun pemeriksaan angiografi serebral.
Pasien mungkin memerlukan tindakan pembedahan untuk mengobati pendarahan otak yang parah. Ahli bedah dapat melakukan operasi untuk mengurangi beberapa tekanan pada otak. Namun jika aneurisma serebral yang pecah menyebabkan perdarahan, ahli bedah dapat mengangkat sebagian tengkorak dan memotong arteri. Prosedur ini disebut kraniotomi.
Pilihan perawatan lainnya selain dilakukan operasi termasuk obat anti-kecemasan, obat anti-epilepsi, dan obat lain untuk mengendalikan gejala seperti kejang dan sakit kepala parah.
Seseorang dapat pulih dari pendarahan otak, meskipun sangat penting bagi mereka untuk menerima perawatan yang tepat sesegera mungkin. Rehabilitasi dapat membantu pasien menyesuaikan diri dengan kehidupan setelah pendarahan otak.