REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap pasangan yang berminat menjalankan program bayi tabung perlu menjalani skrining secara serentak alias waktu yang bersamaan. Mengapa begitu?
"Tidak boleh ibu saja duluan itu tidak boleh, kalau misal nanti ternyata masalahnya ada di suami, jadi dua-duanya harus segera diperiksa," kata dokter spesialis obstetri dan ginekologi RSAB Harapan Kita Jakarta, Hadi Sjarbaini, dalam Siaran Sehat "Mengenal Program Bayi Tabung" yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (15/12/2022).
Dr Hadi menuturkan bayi tabung istilah awam untuk menjelaskan sebuah prosedur pembuahan antara sperma dan sel telur yang dilakukan di laboratorium atau di luar tubuh manusia. Proses penggabungan keduanya akan disebut sebagai bakal janin atau embrio yang disimpan dalam wadah berbentuk seperti tabung.
Dalam menjalani program bayi tabung, setiap pasangan harus benar-benar berkomitmen karena akan menguras banyak waktu. Di samping itu, pasangan harus melakukan skrining terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas sperma dan sel telur.
Pada laki-laki, skrining akan dilakukan melalui pemantauan banyaknya jumlah dan kualitas sperma secara objektif. Sperma akan dimonitoring terkait apakah dapat bergerak dengan baik hingga normal-tidaknya bentuk sperma yang dihasilkan.
Pada perempuan, para ahli akan memeriksa kesehatan alat reproduksinya. Dr Hadi menyatakan tidak boleh ada tumor, miom ataupun kista dan polip pada calon ibu. Nantinya, para ahli juga akan bertanya terkait riwayat operasi pada bagian vagina yang pernah dijalani.
"Saluran telurnya juga tidak boleh tersumbat karena di saluran itulah tempat pertemuan antara sperma suami dan sel telur istri," ujar dr Hadi.
Di samping itu, calon ibu harus subur. Siklus haidnya harus bisa menghasilkan sel telur.
Dr Hadi mengatakan sebenarnya program bayi tabung sudah banyak dilakukan sejak tahun 1987. Hingga saat ini, sudah ada lebih dari 3.000 bayi yang berhasil dilahirkan dari program tersebut, dengan peserta tertua perempuan berusia 47 tahun, sedangkan masa kehamilan tertua sekitar usia 41-44 tahun.
Indonesia bahkan sudah memiliki sekitar 50 pusat bayi tabung yang tersebar di seluruh penjuru negeri, seperti Medan, Riau, Lampung, Batam, Pontianak, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang, dan Surabaya. Namun, di Indonesia timur, baru Makassar yang memilikinya.