Sabtu 10 Dec 2022 00:41 WIB

Imbas Pernyataan Anti-Yahudi, Gelar Doktor Kehormatan Kanye West Dicopot

Tujuh tahun lalu, Kanye West dapat gelar doktor kehormatan dari kampus seni Chicago.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Rapper Kanye West kehilangan kemitraan dengan Adidas, Gap, dan Balenciaga menyusul kontroversi White LIves Matter yang berujung pada komentar sentimen antisemitismenya. Kini, ia juga kehilangan gelar dokter kehormatan yang diperolehnya dari kampus seni Chicago, AS.
Foto: EPA-EFE/MICHAEL REYNOLDS
Rapper Kanye West kehilangan kemitraan dengan Adidas, Gap, dan Balenciaga menyusul kontroversi White LIves Matter yang berujung pada komentar sentimen antisemitismenya. Kini, ia juga kehilangan gelar dokter kehormatan yang diperolehnya dari kampus seni Chicago, AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- School Of The Art Institute Of Chicago (SAIC) memutuskan untuk mencopot gelar doktor kehormatan yang diberikan kepada Kanye West. Gelar yang diberikan pada tahun 2015 itu dicabut karena sang rapper kerap membuat pernyataan kontroversial, termasuk terkait anti-Yahudi belum lama ini.

"Kami mengecam pernyataan dia soal antikulit hitam, antisemit, dan hasutan. terutama yang diarahkan pada kelompok kulit hitam dan komunitas Yahudi, itu menjijikan," kata Presiden SAIC Elisa Tenny dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir dari NME, Jumat (9/12/2022).

Baca Juga

Tenny mencatat bahwa West telah dianugerahi gelar tersebut sebagai pengakuan atas kiprahnya di industri musik hingga fashion yang dinilai mampu menciptakan tren baru. Namun, tujuh tahun sejak anugerah, Kanye terus melakukan pernyataan kontroversial dan mengganggu sehingga dia dinilai tak lagi selaras dengan nilai-nilai kampus.

Tenny kemudian menjelaskan bahwa tindakan Kanye belakangan ini, termasuk memuji Adolf Hitler dan Nazi dalam sebuah wawancara dengan ahli teori konspirasi sayap kanan Alex Jones, telah menyakiti seluruh akademisi SAIC, terutama bagi mereka yang punya pengalaman hal tersebut di masa lalu. Dijelaskan dalam surat bahwa kecenderungan politik seseorang tidak dipertimbangkan ketika SAIC menentukan siapa yang dianggap cocok untuk menerima gelar kehormatan.

"Tindakan West tidak sejalan dengan misi dan nilai-nilai SAIC dan keputusan kampus untuk membatalkan gelarnya diputuskan setelah melakukan perundingan antara para akademisi dan dewan sekolah," kata Tenny.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement