Rabu 09 Nov 2022 13:47 WIB

Sebanyak 4.000 Restoran Indonesia Ditargetkan Dibuka di Luar Negeri di 2024

Makanan khas Indonesia, seperti rendang hingga gado-gado akan dibawa ke luar negeri.

Makanan khas Indonesia, seperti rendang hingga gado-gado akan dibawa ke luar negeri.
Foto: www.pixabay.com
Makanan khas Indonesia, seperti rendang hingga gado-gado akan dibawa ke luar negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 4.000 restoran Indonesia ditargetkan hadir di luar negeri pada tahun 2024. "Kita akan mengenalkan program pemerintah bernama 'Indonesia Spice Up the World' dengan target hingga tahun 2024 hadirnya 4.000 restoran Indonesia di luar negeri dan memperkenalkan kuliner Nusantara seperti rendang, nasi goreng, sate, soto, dan gado-gado," kata Direktur Tata Kelola Ekonomi DigitalKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf) Yuana Rochma Astuti, dalam siaran pers pada Rabu (9/11/20220.

Yuana, pada paparannya dalam konferensi akbar eksportir Indonesia bertajuk 'The X Lite' yang dihelat Bisa Ekspor X Eksporasi Musik pada Kamis (3/11) di Palembang, Sumatera Selatan, menyebutkan bahwa tahun ini terjadi perubahan paradigma dalam strategi pengembangan pariwisata yang diharapkan dapat menjadi kunci dalam mengantisipasi gelombang resesi global yang bisa menerpa ekonomi Indonesia tahun depan. Strategi pertama adalah 'From City to Countryside' yang fokus pada destinasi yang mempromosikan aktivitas outdoor dan berkelanjutan (sustainable) sehingga dapat menyelesaikan isu over tourism capacity.

Baca Juga

Kedua, 'Tweak Tourism Policies' yang mengedepankan destinasi yang beragam guna mengurangi kepadatan di suatu destinasi. Ketiga, 'Switching to Digital Economy', yaitu pelayanan pariwisata dengan beralih ke digital ekonomi. Keempat, 'Inclusive Growth' yang menargetkan investasi untuk mengatur pertumbuhan pariwisata yang inklusif dan berkesinambungan.

Terakhir, 'Sustainable Tourism', yaitu pengembangan pariwisata yang mengarah pada eco tourism dan mengurangi dampak negatif dari aktivitas pariwisata seperti sampah, limbah, dan jejak karbon. Berdasarkan UU No.24 Tahun 2019, ekonomi kreatif (ekraf) merupakan sektor perekonomian yang memiliki nilai tambah dari kekayaan intelektual yang bersumber dari kreativitas manusia berbasis warisan budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Ekraf mencakup 17 subsektor di antaranya kuliner, kriya, dan fesyen yang menempati posisi paling atas. Sedangkan yang potensial dioptimalkan adalah game, animasi, dan aplikasi.

"Kalau bicara tentang kontribusi ekraf kita terhadap PDB nasional, kita cukup berbangga hati karena kontribusinya sudah mencapai 7,5 persen. Ekraf Indonesia menempati peringkat ke-3 setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan," kata Yuana.

Untuk ekspor ekraf yang paling tinggi dari produk fesyen yang pada triwulan I 2022 menyumbang sebesar 56,53 persen dari total ekspor ekraf, diikuti produk kriya dan kuliner. Negara tujuan ekspor ekraf terbesar adalah Amerika Serikat dengan 3,13 miliar dolar AS, Swiss dengan 1,09 miliar dolar AS, dan Singapura dengan 0,38 miliar dolar AS.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement