Akan tetapi, Pendry mengatakan tidak semua kucing cocok untuk menjadi AAI di lingkungan kampus. Oleh karena itu, pemilihan kucing sebagai AAI di lingkungan kampus perlu diperhatikan dengan saksama, misalnya, memilih kucing yang memang bersikap terbuka untuk berinteraksi dengan manusia.
Tim peneliti juga menemukan bahwa kehadiran anjing dan kucing sebagai AAI di lingkungan kampus bisa membawa efek positif yang signifikan pada emosi manusia. Hanya saja, kehadiran kucing kerap mendapatkan pandangan miring karena adanya beberapa anggapan keliru seputar kucing.
"Contohnya adalah narasi mengenai perilaku kucing yang tak bisa ditebak bisa memicu cedera pada manusia, bulu kucing bisa memicu alergi, dan kucing tidak bisa menoleransi perubahan lingkungan," kata tim peneliti.
Anggapan keliru ini membuat kehadiran kucing kerap tak diinginkan. Padahal, kucing juga dapat memberikan efek terapi pada manusia.
"Kesejahteraan dan keamanan para hewan yang terlibat dalam AAI juga sangat penting untuk diperhatikan," ujar Pendry.