Sementara itu, kanker serviks bisa luput terdeteksi jika tidak rutin melakukan pap smear dan inspeksi visual asam asetat (IVA). Itu sebabnya kanker serviks baru terdeteksi setelah stadiumnya lebih lanjut, misalnya, setelah ada postcoital hemorrhage atau pendarahan setelah hubungan seksual atau perdarahan spontan pada vagina.
"Jadi seringnya pada kondisi seperti itu, pasien minimal sudah terdiagnosis pada stadium 2B, terkadang bahkan sudah stadium 4," kata dr Nadia.
Ketika kanker ditemukan lebih dini maka akan lebih cepat diobati. Secara prognosis atau keberhasilan hidup pun tentunya lebih baik.
Menurut laporan Global Burden of Cancer Study (Globocan) 2020, jumlah kematian akibat kanker payudara mencapai 22.430 (34 persen dari 65.858 kejadian baru). Sementara itu, kematian akibat kanker serviks sebesar 21.003 (57 persen dari 36.633 kejadian baru).
Kanker serviks paling sering didiagnosis pada perempuan berusia antara 35 hingga 44 tahun dengan usia rata-rata saat didiagnosis adalah 50 tahun. Lebih dari 20 persen kasus kanker serviks ditemukan pada perempuan di atas 65 tahun.