Rabu 19 Oct 2022 19:01 WIB

Mengapa Perempuan Rentan Alami Masalah Kognitif dan Mental di Masa Menopause?

Gangguan mood seperti rasa gelisah-sensitif rentan mendera perempuan menopause.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Perempuan usia menopause (Ilustrasi). Saat menopause, penurunan homon estrogen bisa mendatangkan perubahan mood dan mengganggu kemampuan kognitif.
Foto: Piqsels
Perempuan usia menopause (Ilustrasi). Saat menopause, penurunan homon estrogen bisa mendatangkan perubahan mood dan mengganggu kemampuan kognitif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis kedokteran jiwa Natalia Widiasih menjelaskan perubahan hormon yang dialami perempuan dalam masa menopause dapat menyebabkan gejala-gejala yang menganggu produktivitas hingga menurunkan kualitas hidup. Perempuan dalam masa menopause rentan mengalami penurunan daya berpikir (fungsi kognitif), khususnya berupa penurunan daya ingat dan kelancaran verbal, yang berpotensi menjadi demensia di kemudian hari.

"Estrogen berperan dalam mediasi neurotransmitter di korteks prefrontal, yang berperan dalam fungsi eksekutif, dengan mengatur pembentukan saraf dan melindungi saraf dari kerusakan dan kematian sel," jelas dr Natalia dalam acara konferensi pers virtual dengan tema "Life After 40 Happy and Healthy", Rabu (19/10/2022).

Baca Juga

Dr Natalia mengatakan estrogen juga berperan dalam regulasi fungsi mitokondria dalam sintesis adenosin trifosfat (ATP), yaitu bentuk energi yang dibutuhkan sel. Penurunan kadar estrogen mengganggu pembentukan energi otak akibat disfungsi mitokondria yang diikuti dengan penurunan metabolisme otak, deposisi beta amiloid, hilangnya sinaps neuron di otak, dan kemudian menyebabkan penurunan fungsi kognitif hingga dementia.

Selain mengganggu kemampuan kognitif, perubahan hormon juga mengganggu kesehatan mental perempuan di masa menopause. Perempuan menopause lebih rentan mengalami gangguan mood.

"Gangguan mood dapat meliputi meliputi perasaan gelisah, sensitif, dan perubahan mood yang fluktuatif (mood swing)," ujarnya.

Dr Natalia menyebut penurunan hormon estrogen memegang peranan penting dalam perubahan mood. Hormon ini berfungsi dalam regulasi sintesis dan metabolisme berbagai neurotransmitter terkait mood, seperti serotonin, dopamine, dan norepinephrine. Disregulasi dari berbagai neurotransmitter tersebut pada daerah hipothalamus, korteks prefrontal, dan sistem limbik dapat menyebabkan gangguan mood dan perasaan lelah (fatigue).

"Perubahan mood tersebut nantinya dapat berkembang menjadi lebih berat dan menyebabkan gejala kecemasan dan depresi," ungkapnya.

Gejala kecemasan ditandai dengan perasaan gelisah, panik, berkeringat, hingga sesak napas. Sementara itu, depresi dapat ditandai dengan perasaan lelah, tidak berenergi, gangguan tidur, konsentrasi yang buruk, dan perubahan berat badan yang dapat memperburuk kualitas hidup.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement