Senin 17 Oct 2022 16:24 WIB

Sineas Iran, Indonesia, dan Maroko Jadi Pemenang Madani International Film Festival 2022

Film pendek Author dari Iran juarai Madani International Film Festival 2022.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Reiny Dwinanda
Pengumuman tiga pemenang Short Film Competition Madani International Film Festival (MIFF) yang digelar di XXI Epicentrum Jakarta, Sabtu (15/10/2022).
Foto: Republika/Rahma Sulistya
Pengumuman tiga pemenang Short Film Competition Madani International Film Festival (MIFF) yang digelar di XXI Epicentrum Jakarta, Sabtu (15/10/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepekan sudah perhelatan Madani International Film Festival (MIFF) digelar, menghadirkan berbagai penayangan film dari berbagai belahan dunia. Di tahun kelima ini, MIFF juga mengadakan Short Film Competition dan pemenangnya diumumkan saat penutupan MIFF.

Ada sekitar 2.214 peserta dari dalam dan luar negeri yang mengirimkan film pendeknya. Film dikurasi oleh beberapa juri, yakni Salman Aristo (penulis), Sakdiyah Ma’aruf (komika dan peneliti di Islamic Culture), dan Nick Calpakdjian (creative producer).

Baca Juga

Pemenang pertama adalah Author karya Saeid Zarei Tabar asal Iran. Pemenang kedua, Udin’s Inferno karya Yogi S Calam asal Indonesia dan pemenang ketiga, Red Pen karya Abdou El Mesnaoui asal negeri Maroko.

Para pemenang memperoleh hadiah sertifikat dan uang tunai Rp 15 juta untuk pemenang pertama, Rp 10 juta untuk pemenang kedua, dan lima juta rupiah untuk pemenang ketiga. Sebagai penutup MIFF, hadir juga dance oleh Dansity yang mementaskan bagian reportoar bertajuk "Ora Obah Ora Mamah".

Kemudian, film Until Tomorrow asal Iran, diputar sebagai penutup MIFF dengan cerita dan budaya di sana. Berkisah tentang Fareshteh Samadi yang kuliah di Tehran, namun ternyata ia bertemu seorang pria yang membuatnya hamil, lalu ia ditinggalkan berdua dengan anaknya.

Fareshteh mulai ikhlas untuk membesarkan anaknya seorang diri, bahkan tanpa diketahui oleh orang tuanya. Sampai pada di satu titik ketika orang tua Fareshteh ingin mengunjunginya, ia memutar otak untuk menyembunyikan anaknya sementara waktu.

Pencarian solusi itu membawanya bertemu orang-orang tak terduga hingga dirinya hampir dilecehkan. Tetapi ia berhasil melalui semua rintangan yang menghalanginya dan memutuskan untuk menceritakan semua pada orang tuanya karena begitu besar cinta Fareshteh pada anaknya.

Sang sutradara Ali Asgari sengaja mengangkat isu yang masih sensitif di Iran ini untuk menyingkirkan stigma buruk tentang perempuan ketika hal-hal yang melanggar itu hanya menyudutkan satu sisi saja. Ini juga menyiratkan kota yang penduduknya mayoritas Muslim bahkan memiliki aturan perempuan dilarang menginap di hotel tanpa muhrimnya, tetap saja kecolongan memiliki pelanggar yang dilakukan dua pendosa. Karena dilakukan dua orang, sanksi sosial layaknya diberikan kepada keduanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement