REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski menghadirkan film tentang kehidupan umat Islam di berbagai penjuru dunia, Madani International Film Festival (Madani IFF) tidak hanya ditujukan untuk penonton Muslim. Acara yang tahun ini digelar pada 7-12 Oktober 2023 tersebut terbuka bagi siapa saja.
Sutradara Garin Nugroho yang sekaligus menjadi salah satu Board Madani IFF 2023 menjelaskan arti dari kata madani yaitu beradab. Dalam kamus, kata madani bisa diartikan menjunjung tinggi nilai, norma, hukum, yang ditopang oleh penguasaan iman, ilmu, dan teknologi yang berperadaban.
Garin menyampaikan, sejumlah film yang ditampilkan di Madani IFF selalu mendorong untuk berpikir kritis, memberi perspektif soal living Islam, atau agama Islam yang dijalani penganutnya. Seluruh sinema yang diputar mengajak penonton untuk "membaca" dan "menafsir" secara mendalam dari sebuah kisah atau fenomena.
Menurut pendapat Garin, ada kecenderungan film-film Islami selalu terbatas pada muatan keteladanan dalam stereotip tertentu, atau berpijak di ranah larangan serta apa yang diperbolehkan. Penyebabnya, masih banyak tabu soal agama dan situasi traumatis.
"Madani IFF berusaha menghadirkan film yang membuka ruang bersama dan membangun sikap kritis. Sebab film tidak hanya soal keteladanan, tapi juga bisa berisi fakta, gugatan, cermin, dan sikap kritis," ucap Garin pada konferensi pers festival di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu (27/9/2023).
Dari tahun ke tahun, Madani IFF konsisten menghantarkan pesan dan gambaran kehidupan Muslim dari berbagai belahan dunia. Baik Muslim sebagai warga mayoritas maupun minoritas. Pesan yang disampaikan melalui medium film ini diharapkan sampai kepada peserta festival hingga dapat lebih menghayati keberagaman.
Begitu juga kondisi kehidupan, mimpi, dan harapan umat Islam dalam berbagai situasi dan konteks sehingga akan tumbuh rasa persaudaraan dalam keberagaman yang ada. Akan tetapi, bukan soal agama yang jadi fokus, namun lebih pada kemanusiaan.
Pada tahun ini, Madani IFF 2023 punya program utama "Focus Country: Palestine". Produser film dan Board Madani IFF, Putut Widjanarko, mengatakan film dokumenter karya sineas Palestina Mohanad Yaqubi, R-21 Aka Restoring Solidarity, dipilih jadi pembuka festival.
Putut menjelaskan, Yaqubi mendapat materi pembuatan film itu saat bertandang ke Tokyo, Jepang, dalam rangkaian perjalanannya memutarkan film tentang Palestina. Tak disangka, seorang perempuan menyerahkan arsip video yang tak pernah diketahui sebelumnya, berisi dukungan sebagian masyarakat Jepang pada perjuangan rakyat Palestina.
Diambil dari arsip itu, lanjut Putut, film R-21 Aka Restoring Solidarity menggambarkan solidaritas dan empati antarbenua pada Palestina. Film ini menyentuh banyak topik yakni dari wawancara dengan pimpinan Organisasi Pembebasan Palestina, kehidupan di kamp pengungsian, dan kisah-kisah personal yang menyentuh. Pada Madani IFF 2023, karya film Mohanad Yaqubi lainnya juga akan diputarkan. Bahkan, Yaqubi juga akan datang langsung dan menjadi pemateri di sesi diskusi.
"Sudah lama kami ingin menjadikan Palestina sebagai program focus country, dan di Madani IFF tahun keenam ini, bisa kami hadirkan. Dengan segala keterbatasan dan situasi di sana, sineas Palestina tetap bisa menghasilkan film-film bagus," kata Putut.