Selasa 01 Oct 2024 19:37 WIB

Madani IFF 2024, Merayakan ‘Marwah’ Kemanusiaan di Berbagai Titik Jakarta

Madani International Film Festival 2024 mengangkat tema ‘Marwah’.

Konferensi pers Madani International Film Festival di TIM, Jakarta, pada Senin (1/9/2024). Madani IFF akan digelar 3-6 Oktober 2024 di beberapa titik di Jakarta.
Foto: Dok. Republika/Qommarria Rostanti
Konferensi pers Madani International Film Festival di TIM, Jakarta, pada Senin (1/9/2024). Madani IFF akan digelar 3-6 Oktober 2024 di beberapa titik di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Madani International Film Festival 2024 akan digelar pada 3 hingga 6 Oktober 2024. Rangkaian acara diselenggarakan di beberapa lokasi yakni Taman Ismail Marzuki, Bina Nusantara University, Universitas Paramadina, Universitas Islam Internasional Indonesia, Masjid Istiqlal, Cinepolis Senayan Park, dan Metropole XXI Jakarta.

“Marwah” diangkat menjadi tema besar tahun ini. Marwah (muru'ah, dignity), berangkat dari keprihatinan atas martabat kemanusiaan yang seolah terlupakan, utamanya dalam peristiwa genosida atas rakyat Palestina yang hingga saat ini masih berlangsung.

Baca Juga

Anggota Dewan Madani IFF Hikmat Darmawan mengatakan dengan tema ini Madani IFF bermaksud menjadi pembacaan terhadap eskalasi konflik di Palestina, Sudan, dan lainnya yang mengukuhkan asas "kemerdekaan adalah hak segala bangsa", dan marwah (dignity,

martabat) tercapai dalam upaya pemerdekaan seutuhnya, termasuk melalui wahana kebudayaan seperti festival film internasional ini.

“Film adalah jendela, bukan hanya harapan tapi kerja bersama yang memiliki sebuah marwah. Kita ada di dunia yang penuh konflik yang saat ini melebar. Apa kontribusi kita dari kebudayaan yang bisa membuat dunia jadi lebih baik? Penyodoran tema ‘marwah’, semoga jadi harapan dan kontribusi,” kata dia saat konferensi pers, Senin (30/9/2024).

Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan,

Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Hilmar Farid memandang tema Marwah sangat sesuai, karena bersamaan dengan krisis multidimensi yang melanda dunia – krisis iklim, transformasi sosial yang sangat cepat, eskalasi politik yang meluas di berbagai kawasan, Marwah menjadi potret kebangkitan kembali negara-negara

Direktur Festival Putut Widjanarko alam keprihatinan atas penindasan dan penjajahan terhadap bangsa Palestina. Untuk itu, tahun ini Madani IFF kembali memilih Palestina sebagai negara fokus (Focus Country), dengan menambahkan satu fokus negara Muslim

lain yang juga tak kunjung henti dilanda konflik, yaitu Sudan. Seperti kita bersama ketahui, konflik Sudan telah menyebabkan eksodus pengungsian warga, krisis ekonomi dan lumpuhnya sistem kesehatan serta kesejahteraan masyarakat. Film Sudan berjudul Goodbye Julia juga menjadi film

Pembuka Madani IFF tahun ini. Satu lagi film dengan fokus Sudan berjudul This Jungo Life, kisah para pengungsi Sudan yang berupaya beremigrasi ke Eropa.

Menampilkan 57 film dari 20 negara, yang dikurasi sesuai dengan aatema Marwah, salah satu yang disebut Putut termasuk dalam list film unggulan dalam festival kali ini adalah film Walled Off (2024) karya sutradara Vin Arfuso (The Irishman, 2019), yang diproduseri bersama oleh Alana & Anwar Hadid (saudara dua model keturunan Palestina, Gigi dan Bella Hadid), vokalis band Pink Floyd Roger Waters, dan cucu mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela, Kweku Mandela. Walled

Off dihadirkan sebagai film penutup bersama-sama dengan Film The Teacher karya sutradara Inggris kelahiran Palestina, Farah Nabulsi. Melalui pesan video, Farah Nabulsi mengisahkan syuting filmnya dua tahun lalu di tqnah Palestuna, dalam bayang-bayang militer Israel. Menampilkan dua negara (Sudan dan Palestina) sebagai focus country merupakan hal baru pada Madani IFF ke-7 ini.

Menurut Putut, hal itu dilakukan karena pihak Madani IFF belum mungkin meninggalkan Palestina dengan fenomena genosida yang sampai saat ini masih harus mereka

hadapi. Tak ketinggalan dalam daftar film yang disajikan pada tahun ini, 16 finalis Madani Short Film Competition, kompetisi yang rutin diadakan Madani IFF setiap tahun. Pada 2024 ini sebanyak 1.504 film dari sineas berbagai negara diterima Tim Kurator Madani, dan 16 finalis yang terpilih untuk ditayangkan dalam festival berasal antara lain dari Bahrain, Belgia, Denmark, Iran, Yordania, Maroko,

Turkiye dan, tentu saja Indonesia. Selain itu, Madani IFF 2024 juga telah menerima 76 pendaftar yang mengirimkan film panjang (feature) non-kompetisi dan 163 pendaftar kategori film anak.

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, Madani IFF juga menganggap penting program untuk anak Madani Kids, demi menumbuhkan komunitas film Madani masa depan.

Program Retrospeksi Madani IFF tahun ini menampilkan Hanung Bramantyo dan Film Islam, yang disambut baik sang sutradara sebagai sebuah kehormatan daan kebanggaan. Hanung juga menyampaikan, tema Marwah sangat dekat dengan ajaran Alquran, bahwa manusia harus menjadi rahmat bagi seluruh alam. Hanung juga mengungkapkan film-filmnya merupakan ajakan untuk

mewujudkan suatu transformasi sosial dan interpretasi-interpretasi baru terhadap Islam.

Ketua Yayasan Madani IFF yang juga staf pengajar Jurusan Film Universitas Bina Nusantara Ekky Imanjaya menyampaikan salah satu program istimewa Madani IFF tahun ini, yang disebutnya “karya minoritas dari sineas minoritas,” yaitu tentang genre horor produksi para sineas Muslim Thailand. Menurut Ekky, program ini istimewa karena memberikan wawasan kepada kita bagaimana masyarakat Muslim di negara lain menginterpretasikan hal-hal terkait dunia ghaib dalam

film horor. Kemunculan film horor sineas Muslim Thailand ini juga akan dibahas Dalam diskusi di

Binus University.

Salah satu film horor Muslim Thailand yang akan diputar yaitu The Curse Land. “Ini menarik banget karena Thailand terkenal dengan horornya, tapi film ini representasi Muslim minoritas dan dibuat oleh Muslim filmmaker,” ujarnya.

Menurut anggota Dewan Madani IFF, Krisnadi Yuliawan, Madani IFF tidak hanya mengadakan program pemutaran film. Madani IFF juga selalu berupaya memperluas jangkauan dan stakeholdernya, melalui kerja sama dengan berbagai pihak. Tahun ini, bekerja sama

dengan Universitas Bina Nusantara yang telah lama menjadi mitra Madani IFF, Universitas

Paramadina, Universitas Islam Internasional Indonesia, Masjid Istiqlal dan ACFFEST (Anti Corruption Film Festival) KPK, serta Kreasi Prasasti l Perdamaian, Madani juga mengadakan diskusi dan pemutaran film; termasuk di antaranya menyoroti topik menarik, imbas tragedi Gaza terhadap dunia perfilman, dalam diskusi bertema Gaza dan Pasca-Hollywoodisme, yang diselenggarakan bersama

komunitas Relax, It's Just Religion.

Perwakilan Komite Film Dewan Kesenian Jakarta, Shuri Gietty Tambunan menghargai upaya Madani IFF untuk mengembangkan stakeholdernya, baik dari sisi penonton maupun mitra kerja sama. Gietty juga mengapresiasi kegigihan Madani IFF memastikan film-film yang disajikan bersifat inklusif, dapat ditonton oleh siapa saja, bukan hanya golongan tertentu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement