Kamis 13 Oct 2022 22:55 WIB

Asal Buang Antibiotik Bisa Berbahaya bagi Lingkungan

Kandungan di dalam antibiotik bisa membahayakan bagi lingkungan.

Kandungan di dalam antibiotik bisa membahayakan bagi lingkungan.
Foto: Wikipedia
Kandungan di dalam antibiotik bisa membahayakan bagi lingkungan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau semua warga untuk tidak asal membuang antibiotik yang sudah kedaluwarsa untuk mencegah terjadinya pencemaran air sungai. Antibiotik tidak boleh dibuang sembarangan karena kandungannya yang dapat membahayakan lingkungan. Apalagi bila mengingat sebagian besar masyarakat di Indonesia memiliki hidup yang bergantung pada air sungai.

Ketua KPRA Anis Karuniawati dalam Media Gathering Bersama WHO dan FAO di Jakarta, Rabu (12/10/2022), mengatakan, penelitian dan data terkait dengan pemeriksaan serta penanganan limbah rumah sakit datanya masih terus berjalan, sehingga membutuhkan waktu pemantauan lebih lanjut. Berbeda dengan luar negeri yang pengolahan kualitas airnya memantau gen-gen tersebut sampai keluar sungai.

Baca Juga

"Meskipun rumah sakit banyak pasien infeksi dengan bakteri resisten, ini kan dibuang. Sementara limbah rumah sakit itu kan punya sistem penanganan limbah tapi ternyata dari pemeriksaan ini datanya masih pilot," ujarnya.

Apabila cairan antibiotik tercampur dengan air sungai, ia mengatakan kandungan dalam obat dapat mengenai hewan ataupun lingkungan di sekitar sungai. Saat manusia mengkonsumsi hewan atau mengolah hasil alam tersebut, dikhawatirkan dapat tertular atau menimbulkan potensi resiliensi antimikroba (AMR).

Anis menyatakan bahwa edukasi dan sosialisasi terkait dengan AMR harus segera digencarkan pada masyarakat, mengingat dampak AMR justru terjadi berkepanjangan di masa depan. Terutama edukasi yang terkait dengan peningkatan kewaspadaan, karena virus atau bakteri di sekitar dapat melakukan resistensi secara alami, meski memiliki sifat yang lemah.

"Sebenarnya bakteri secara alami akan resisten. Bakteri, virus itu meski makhluk lemah diberi kemampuan untuk mutasi dibanding manusia supaya mereka survive di alam. Jadi dia tidak diapa-apakan akan resisten apalagi diapa-apakan," ucapnya.

Anis melanjutkan bahwa pemeriksaan atas resistensi antimikroba tersebut sebenarnya tidak diperlukan. Sebab, tubuh manusia dari atas kepala sampai ujung kaki memiliki jumlah sel bakteri yang lebih besar dengan sel-sel yang dimiliki oleh manusia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement