Sabtu 08 Oct 2022 11:43 WIB

Studi Tunjukkan Covid-19 Bisa Picu Kerusakan Jantung

Studi terbaru ungkap virus Covid-19 memicu terjadinya masalah jantung.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Studi terbaru ungkap virus Covid-19 memicu terjadinya masalah jantung.
Foto: www.freepik.com.
Studi terbaru ungkap virus Covid-19 memicu terjadinya masalah jantung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peningkatan kasus penyakit kardiovaskular di antara para penyintas Covid-19 telah lama memicu kekhawatiran para peneliti. Studi terbaru semakin memperkuat bukti bahwa infeksi SARS-CoV-2 bisa memicu terjadinya masalah kardiovaskular, khususnya pada jantung.

Studi terbaru dalam jurnal Immunology ini menemukan bahwa virus SARS-CoV-2 bisa memberikan efek yang lebih merusak bila dibandingkan dengan virus influenza penyebab flu babi yaitu H1N1. Seperti diketahui, H1N1 juga pernah menyebabkan terjadinya pandemi pada 2009 lalu.

Baca Juga

Studi ini dilakukan dengan menggunakan sampel jaringan jantung dari pasien yang meninggal akibat Covid-19 dan flu babi, serta jaringan jantung dari pasien lain sebagai kontrol. Selama studi berlangsung, tim peneliti memeriksa dan juga membandingkan seluruh sampel yang mereka miliki.

Tim peneliti menggunakan teknik spatial transcriptomics yang memungkinkan mereka untuk memetakan secara langsung bagaimana kondisi gen-gen pada jaringan jantung yang mereka teliti. Melalui teknik ini, tim peneliti berupaya untuk menemukan efek yang mungkin diberikan oleh virus SARS-CoV-2 terhadap jantung.

Dari penelitian ini, tim peneliti menemukan bahwa keberadaan virus SARS-CoV-2 tidak terlihat pada jaringan jantung pasien Covid-19. Akan tetapi, otot jantung menunjukkan adanya tanda-tanda kerusakan DNA yang unik. Berbeda dengan pasien flu babi, tim peneliti menemukan bahwa 19 pasien Covid-19 menunjukkan adanya sinyal peradangan yang ditekan.

"Kedua virus pernapasan (Covid-19 dan flu) terlihat sangat berbeda pada jantung pasien-pasien ini," jelas peneliti Dr Arutha Kulasinghe dari University of Queensland, seperti dilansir //Salon, Sabtu (8/10/2022).

Dr Kulasinghe mengatakan kerusakan DNA merupakan penanda ketidakstabilan genom. Kondisi seperti ini biasanya ditemukan pada pasien dengan penyakit kronis atau jangka panjang seperti kanker, penyakit neurodegeneratif, dan diabetes.

"Implikasi klinis dari kondisi ini belum benar-benar jelas untuk saat ini," lanjut Dr Kulasinghe.

Temuan dalam studi terbaru ini dinilai dapat memberikan gambaran bahwa Covid-19 dan influenza bisa mempengaruhi jantung manusia secara berbeda. Namun, temuan ini perlu dikonfirmasi melalui studi dengan skala yang lebih luas.

Hal senada juga diungkapkan oleh profesor dan dokter penyakit menular dari University of California, Dr Monica Gandhi. Dr Gandhi mengungkapkan bahwa studi terbaru ini hanya melibatkan empat pasien Covid-19 lansia dalam proses autopsi. Para pasien ini telah memiliki penyakit jantung atau faktor risiko penyakit jantung sebelumnya.

"Studi ini kemungkinan mengindikasikan bahwa Covid-19 berat pada pasien dengan komorbid penyakit jantung bisa memicu peradangan jantung yang lebih jauh," ujar Dr Gandhi.

Akan tetapi, Dr Gandhi menilai studi terbaru yang dilakukan oleh Dr Kulasinghe dan tim belum memberikan gambaran mengenai efek Covid-19 pada jantung pasien bergejala ringan atau pasien Covid-19 tanpa komorbid penyakit jantung.

"Namun, temuan ini seharusnya cukup untuk mendorong kita untuk mempelajari respons peradangan pada Covid-19 dengan lebih jauh dan terus membatasi kemunculan kasus Covid-19 berat dengan vaksin dan terapeutik atau pengobatan," jelas Dr Gandhi.

Direktur Eksekutif American Public Health Association, Dr Georges Benjamin, mengatakan belum ada banyak hal yang diketahui mengenai implikasi jangka panjang Covid-19 terhadap penyakit jantung. Saat ini, belum diketahui secara pasti juga mengenai seberapa besar peran vaksin dalam melindungi organ-organ spesifik di dalam tubuh dari kerusakan akibat Covid-19.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement